• About
  • Parent Page
  • Archives
  • Uncategorized
  • Cerita Pendek


    "Waktu Yang Ku Nantikan"
    Hatiku pagi ini terasa kacau balau, tak secerah mentari yang bersinar di pagi ini. Semua itu gara-gara seseorang yang sangat-sangat ku benci . Setiap ku mendengar namanya rasanya aku mau muntah, huekkz. Namanya Zero, dia sekelas dengan ku. Yang pasti dia itu seorang pengganggu terbesar dalam hidupku. Tak pernah terlintas sedikit pun di pikiran ku untuk menjadi temannya atau apapun. Sesekali aku ingin berteriak sekeras mungkin kalau aku benci ZERO, sett !!.
    "Hy Cha, kamu naksir ya sama Cyon, dari tadi liatin dia mulu !" goda Zero.
    "Apa urusannya sama kamu !!" jawab ku agak jengkel.
    "Jangan gitu donk Cha, santai aja" ucapnya.
    "Terserah, susah ngomong sama orang aneh yang suka ganggu privasi orang !" jawab ku.
    Zero terdiam. Aku pun pergi berlalu darinya.
        Bel tanda pulang sekolah berdering. Aku bertahan sejenak untuk menunggu teman dekatku Fhira, yang sedang mencari bukunya di LAB IPA. Sesaat kemudian, Zero menghampiriku dan memukul kepalaku dengan penanya.
    "Auuuuuwww !!" teriakku.
    "Hhahahahahaaaaa ..." tawanya.
    Tiba-tiba saja jantung ku berdebar, aku tak tau mengapa perasaan ini muncul seketika itu. Hatiku bergejolak, entah mengapa aku senang melihat Zero tertawa dan tersenyum kepadaku. Padahal tiap kali aku bertemu dengannya yang ada hanya kebencian. Baru kali ini aku merasa lain.
    "Koq bengong cha, aku keren yaa ??" Ucapnya narsiis.
    "Siapa yang bilang gitu , mau muntah tau gak !!" jawab ku spontan.
    "Naksir, bilang aja !" jawab nya singkat.
    "Gak banget !".
        Sepulang sekolah aku langsung merebahkan diri ke tempat tidur. Aku berpikir sejenak,
    "Perasaan ku koq aneh banget, kaya orang lagi jatuh cinta aja, tapi sama siapa juga ??".
    Entahlah, aku pun segera melupakan pikiran aneh itu.
        Keesokan harinya, hujan menghiasi langit di kota ku. Aku sempat kehujanan saat pergi ke sekolah. Aku segera masuk ke dalam kelas dan duduk menunggu Guru Biologi untuk mengajar pelajaran kesukaan ku itu.
    "Rasanya sepi ya, seperti ada yang kurang di kelas ini" pikirku.
    Ternyata yang kurang itu adalah Zero, dia absen karena sakit. Kelas hari ini menjadi sepi tanpa Zero.
    "Aduh mikir apa sih aku ini !" ucap ku.
    "Kamu bicara sama siapa Cha ??" ucap Fhira kepada ku.
    "Ahhc, Gpp ko' , ngelantur doank !".
        Dua hari telah berlalu, Zero belum kembali masuk ke sekolah. Aku merasa khawatir tentang keadaannya. Aku ingin sekali melihatnya kembali dengan senyuman seperti biasa tanpa beban.
        Pagi ini, aku sedikit murung dari biasanya karena pikiran ku dipenuhi dengan nama Zero. Tiba-tiba saja ada seseorang yang menarik tangan kanan ku dan hampir membuat ku terjatuh.
    "Uhhg, siapa sih kamu, main tarik gitu aja !" ucapku sambil menatap orang yang memakai jacket warna hitam dari arah belakang.
    "Aku udah sembuh Cha !!" jawab Zero mengejutkan.
    "Zero !" ucap ku kaget. "Syukur deh klo kamu udah sembuh" sambung ku lega.
    Aku pun pergi dari hadapannya. Tetapi, Zero menarik ku kembali.
    "Hey !!"
    "Apa'an sih ?" ucapku.
    "Gpp .." jawabnya singkat.
        Aku pergi, Zero terdiam dan berucap dalam hati,
    "Andai aja kamu sadar dengan perasaanku ini, klo aku suka kamu, tapi yaa apa boleh buat aku gak bisa maksa, dan memang kamu hanya menganggap ku sebelah mata".

        Di hari minggu pagi, aku jalan-jalan santai sambil berolahraga di sekitar rumahku. Waktu itu menunjukkan pukul 06.00 WIB. Sesaat kemudian, hand phone ku berdering. Sebuah pesan singkat tampak pada layar ponsel ku. Muncul nama seseorang yang tak ku duga, Zero.
    "Tumben banget dia SMS aku !" ucap ku heran.
    Aku pun membuka pesan singkat darinya,
    To : Vischa
        Cha, sejak awal ketemu kamu, aku udah suka sama kamu, tapi kamu gak pernah nyadar. Ini bukan puisi atau kata-kata cinta, ini perasaanku. Aku cuma bisa ngungkapin lewat SMS, bukan karena aku gak punya nyali atau takut di tolak, tapi karena tidak ada waktu lagi. Hari ini pukul 07.00 WIB, aku akan pergi ke luar negeri untuk sekolah disana. Aku akan kembali cha, walaupun kamu udah jadi milik orang lain, Zero.
        Hatiku sakit seketika itu, air mataku menetes tiba-tiba. Tanpa berpikir, aku segera menyusulnya pergi ke bandara dalam waktu 45 menit yang tersisa dari keberangkatan nya. Ya tuhan, apakah aku akan bertemu dengannya ??.
    "Mikir apa sih aku ini, Vischa gak akan datang, lagian apa pentingnya aku buat dia !" ucap Zero.
    But ...
    "Zerooo !!" teriak ku.
    "Dia datang" ucap nya.
    "Kamu bodoh Zero, kenapa gak bilang dari dulu, malah pergi ke luar negeri , aku juga suka kamu !! ucapku. Entah kenapa, kata-kata itu terlontar begitu saja dengan sendirinya dari mulutku.
    Zero membalas nya dengan senyuman yang tenang.
    "Kamu pasti kembali kan ?" ucap ku dengan air mata yang mengalir terus-menerus. 
    "Yapp ! Walau jauh, kita kan masih bisa kontak lewat telepon atau Internet, OK" jawab nya.
    "Tapi kan beda" tukas ku.
    "Zero, ayo cepat, pesawatnya akan berangkat" ucap ayahnya.
    "Ok, aku pergi dulu Cha, bye, ^_^ !".
    "Bye !".
        Zero telah pergi dan menurutku perpisahan ini terlalu cepat. Aku pun menghapus air mataku dan berpikir sesaat. Walau kau jauh, aku akan tetap menanti mu kembali pada ku dan menunggu Waktu yang Kunantikan datang menghampiri ku, suatu saat nanti.

    The End

    0 Comment blog vaenggg :

    Posting Komentar