• About
  • Parent Page
  • Archives
  • Uncategorized
  • Sejarah Pembentukan Dinasti al-Ayyubiyah


    PERKEMBANGANISLAM PADA MASA DINASTI AL-AYYUBIYAH
    A.  SejarahPembentukan Dinasti al-Ayyubiyah
                       Dinastial-Ayyubiyah didirikan oleh Salahuddin Yusuf al-Ayyubi. Ia dilahirkan diTikrit, tepi sungai Tigris, pada 1138 M dan berasal dari suku kurdi. Penamaan al-Ayyubiyahinidinisbatkan pada nama belakang pendirinya, yaitu Salahuddin Yusuf al-Ayyubi,diambil dari nama kakeknya yang bernama ayyub. Nama besar dinasti ini diperolehsejak Salahuddin Yusuf al-Ayyubi berhasil mendirikan kesultanan yang bermazhabSunni, menggantikan kesultanan Fathimiyah yang bermazhab Syi’ah.
    Salahuddin Yusuf al-Ayyubi mengawali karierpolitiknya pada saat ayahnya, Najmudin bin Ayyub ditunjuk sebagai komandanpasukan di kota Ba’labak oleh panglima (Atabeg) yang berkuasa saat itu yaitu NuruddinZangi. Pada tahun 1164 M, Salahuddin Yusuf al-Ayyubi mengikuti ekspedisipamannya ke Mesir. Tahun 1169 M, Salahuddin Yusuf al-Ayyubi diangkat menjadiwazir oleh penguasa dinasti Fathimiyah, dan akhirnya pada tahun 1171 M, iaberhasil menakhlukkan khalifah terakhir dinasti Fathimiyah, yaitu al-Adid yangberkuasa sejak tahun 1160-1171 M. Sejak Salahuddin Yusuf al-Ayyubi menguasaidinasti Fathimiyah, ia berusaha menghapus tradisi mendo’akan khalifahFathimiyah dalam khutbah Jum’at dan mengganti dengan mendo’akan khalifahdinasti Abbasiyah, yaitu al-Mustadhi yang berkuasa sejak tahun 566-575H/1170-1180 M. Ini merupakan wujud pengakuan Salahuddin Yusuf al-Ayyubi ataspemerintahan dinasti Abbasiyah yang bermazhab Sunni. 
    Keberhasilan Salahuddin Yusuf al-Ayyubi dalammenaklukkan wilayah kekuasaan dinasti Fathimiyah, prestasi politik militernya,dan kemenangannya saat melawan pasukan Salib, menimbulkan kekhawatiran NuruddinZangi. Ia melihat Salahuddin Yusuf al-Ayyubi menjadi ancaman yang sangatpotensial. Tidak dipungkiri bahwa Salahuddin Yusuf al-Ayyubi memiliki keinginanuntuk memperbesar kekuasaannya. Ambisi itu belum bisa di wujudkan karena iamasih bawahan Nuruddin Zangi. Ketika Nuruddin Zangi wafat pada tahun 1174 M.ambisi itu diwujudkan dengan mengumumkan pengambilalihan kekuasaan Bani Zankidi wilayah Mesir. Kemudian ia merebut Suriah dari tangan Ismail, putra, danpengganti Nuruddin Zangi.
    Sementara itu, kakak tertua Salahuddin Yusufal-Ayyubi bernama Turansyah berhasil mengambil alih Yaman. Kemudian di bulanMei 1175 M, Salahuddin Yusuf al-Ayyubi mendapat pengakuan dari khalifahAbbasiyah sebagai penguasa Mesir, Afrika Utara, Nubia, Hejaz, dan SuriahTengah. Sepuluh tahun kemudian, ia menaklukkan daerah Mesopotamia.
    Pada 1170 M Salahuddin berhasil menaklukkan wilayahMasyhad dari tangan Rasyiddin Sinan. Kemudian pada tahun 583 H tepatnya tanggal1, 3, dan 4 Juli 1187 ia berhasil merebut Tiberias, dan melancarkan PerangHattin untuk menangkis serangan pasukan Salib.
    Pada tanggal 2 Oktober 1187 , tentara Perancismenyatakan menyerah pada pasukan Salahuddin Yusuf al-Ayyubi. Sejak saat itusuara azan terdengar kembali di Masjidil-Aqsha menggantikan suara loncenggereja. Salahuddin Yusuf al-Ayyubi melancarkan serangan kedua yaitu, ke utarameliputi al-Laziqiyyah, Jabalah, Syihyawan, serta ke Selatan meliputi al-Karaqdan asy-Syaubak. Semua wilayah itu jatuh ke tangan Salahuddin sebelum tahun1189 M. Akan tetapi, sampai pada tahun 1189 M, Tripoli, Antokia (Turki), Tyre,dan kota kecil lainnya, masih berada di bawah kekuasaan tentara Salib.
    Setelah perang besar memperebutkan kota ‘Aka yangberlangsung pada tahun 1189-1191 M dan dimenangkan oleh tentara Salib, maka kedua belah pihak mengadakan genjatan senjata dan perjanjian perdamaian agarhidup dalam keadaan damai tanpa perang. Perjanjian damai itu di capai padatanggal 2 November 1192 M. Dalam perjanjian itu disetujui bahwa daerah pesisirdikuasai oleh tentara Salib, sedangkan daerah pedalaman dikuasai oleh pasukanmuslim. Dan pada akhirnya, pada tanggal 19 Februari 1193 M ia jatuh sakit di Damaskus dan wafat dua belas hari kemudian dalam usia 55 tahun.
    Salahuddin Yusuf al-Ayyubi tidak hanya di kenalsebagai panglima perang yang gagah berani dan di takuti, akan tetapi ia adalahseorang yang sangat memperhatikan kemajuan pendidikan, studi keagamaan,membangun bendungan, menggali terusan, mendirikan sekolah, dan mesjid. Salahsatu karyanya adalah bangunan sebuah benteng pertahanan yang bernamaQal’atul-Jabal, yang di bangun di Kairo pada tahun 1183 M.
    Salahuddin Yusuf al-Ayyubi mengangkat parapembantunya yang terdiri dari orang-orang cerdas dan terdidik, seperti al-Qadhial-Fadhil dan al-Katib al-Isfahani. Sekretaris pribadinya bernama Bahruddin binSyaddad, di kenal sebagai penulis biografinya. Setelah Salahuddin Yusufal-Ayyubi meninggal, daerah kekuasaannya di bagikan kepada keturunannya.Al-Malikul Afdal memperoleh wilayah Damaskus. Al-Aziz memperoleh kekuasaan diKairo, al-Malikul Jahir berkuasa di Aleppo (Halb) dan al-Adil, adik SalahuddinYusuf al-Ayyubi berkuasa di al-Kark dan asy-Syaubak.
    Antara tahun 1196 M dan 1199 M, al-Adil berhasilmenguasai beberapa daerah lainnya sehingga menjadi penguasa tunggal Mesir dansebagian Suriah. Setelah ia wafat pada 1218 M, beberapa cabang Bani Ayyubmenegakkan kekuasaan sendiri di Mesir, Damaskus, Mesopotamia, Hims, Hamah, danYaman. Sejak itu, terjadi pertentangan antara keluarga Ayyubiyah di Mesir danAyyubiyah di Damaskus memperebutkan Suriah.
    Al-Kamil Muhammad, putra al-Adil yang menguasaiMesir (615-635 H / 1218-1238 M). Ia bangkit untuk melindungi daerahkekuasaannya dari rongrongan tentara Salib yang telah menaklukkan Dimyati padamasa pemerintahan ayahnya. Tentara Salib berusaha untuk menaklukkan Mesirdengan bantuan Italia. Penaklukkan Mesir penting, karena dengan demikian merekaakan dapat menguasai jalur perdagangan Samudra Hindia melalui Laut Merah.Hampir dua tahun (November 1219-Agustus 1221) terjadi konflik antara tentaraSalib dan pasukan Mesir, al-Kamil berhasil memaksa tentara Salib untuk meninggalkanDimyati.
    Selain memberikan perhatian serius dalam politikdan militer, al-Kamil juga di kenal sebagai seorang penguasa yang perhatianterhadap pembangunan dalam negri. Program pemerintahannya yang menonjol ialahmembangun saluran irigasi dan membuka lahan pertanian serta menjalin hubunganperdagangan dengan Eropa. Ia dapat menjaga kerukunan beragama antara orangmusluim dan orang Koptik Kristen.
    Meskipun tentara muslim telah berusaha merebut kotasuci Jerussalem, tetapi pada saat itu kota ini masih di kuasai oleh tentaraSalib sampai tahun 1244 M. Ketika Malikus Saleh , putra Malik al-Kamil,memerintah pada 1240-1249 M, pasukan Turki dari Khawarizm mengembalikan kotaitu ke tangan Islam. Pada tanggal 6 Juni 1249 M, pelabuhan Dimyati ditaklukkanoleh tentara Salib yang di pimpin oleh Raja Louis IX dari Perancis. Ketikapasukan Salib hendak menuju Kairo, sungai Nil pasang, sehingga sulitmenyebrangi sungai Nil dan akhirnya tentara Salib dapat dikalahkan oleh pasukanAyyubiyah pada bulan April 1250 M.
    Pada bulan November 1249 M, Malikus Saleh maninggaldunia. Semula Malikus Saleh akan digantikan oleh putra Mahkota Turansyah.Turansyah dipanggil pulang dari Mesopotamia. Untuk mengisi kekosongankekuasaan, sebelum Turansyah tiba di Mesir, kekuasaan sementara dikendalikanoleh ibu tirinya, yaitu Syajaratud Durr. Akan tetapi, ketika Turansyahmengambil alih pemerintahan, para penguasa Mamluk (budak atau hamba yangdimiliki oleh tuannya) menentang, karna mereka tidak suka Turansyah. Kemudianmereka menyusun rencana untuk menyingkirkannya. Belum genap setahun Turansyahdibunuh oleh para Mamluk atas perintah Syajaratud Durr. Sejak itu SyajaratudDurr menganggap dirinya sebagai Sultan wanita (Sultanah) pertama Mesir. Akantetapi ia tidak memiliki kekuasaan penuh, karna kekuasaan sebenarnya berada dikaum Mamluk. Karena itu, Syajaratud Durr hanya sebagai seorang pemimpin dinastiAyyubiyah sebatas lambang saja tanpa kedaulatan yang riil (1250-1257). Dinastial-Ayyubiyah mengalami masa kehancuran setelah al-Asyraf Musa meninggal pada1252 M, dan kekuasaan pindah ke tangan penguasa Mamluk yang menggantikan posisipenguasa dinasti al-Ayyubiyah.
    Selama lebih kurang 83 tahun dinasti al-Ayyubiyahberkuasa, terdapat 9 orang penguasa, yaitu :
    à Salahuddin Yusuf al-Ayyubi (564-589 H / 1169-1193M)
    à Malik al-Aziz Imaduddin (589-596 H / 1193-1198 M)
    à Malik al-Mansur Nasiruddin (595-596 H / 1198-1200M)
    à Malik al-Adil Saifuddin, pemerintahn I (596-615 H / 1200-1218 M)
    à Malik al-Kamil Muhammad, (615-635 H / 1218-1238 M)
    à Malik al-Adil Saifuddin, pemerintahan II (635-637 H / 1238-1240 M)
    à Malik as-Saleh Najmuddin (637-647 H / 1240-1249 M)
    à Malik al-Mu’azzam Turansyah (647 H / 1249 M)
    à Malik al-Asyraf Muzaffaruddin (647-650 H / 1249-1252 M)

    B.  Ketokohan Salahuddin Yusuf al-Ayyubi
    Salahuddin Yusuf al-Ayyubi selain dikenal sebagai pendiri dinasti al-Ayyubiyah, juga di kenal sebagai seorang perwira tinggi yang memiliki kecerdasan dalam menjalankan tugas kemiliterannya, baik selama menjadi panglima maupun selama kepemimpinannya dalam dinasti al-Ayyubiyah.
    Keberhasilan Salahuddin Yusuf al-Ayyubi menaklukkankekuasaan dinasti Fathimiyah, adalah berkat restu khalifah al-Mustadhi, penguasa Bani Abbasiyah. Restu itu di berikan karena Salahuddin Yusuf al-Ayyubimenyatakan dukungannya kepada khalifah Bani Abbasiyah di Bagdad.  Pemerintah Bagdad menganggap Salahuddin Yusufal-Ayyubi sebagai orang yang cerdas dan dapat menyelesaikan konflik antarakedua kekuasaan. Antara dinasti Fathimiyah dan dinasti Abbasiyah terdapatperseteruan yang hebat. Perseteruan ini terus berlangsung hingga akhirnya SalahuddinYusuf al-Ayyubi memberikan pertolongan untuk mengalahkan dinasti Fathimiyah.
    Dalam riwayatnya, hampir sebagian usianyadipergunakan untuk menghalau pasukan Salib. Peperangan yang cukup menentukan perjalanan umat islam adalah Perang Hittin yang terjadi pada tanggal 3 Juli1187 M. Salahuddin Yusuf al-Ayyubi berhasil mengalahkan pasukan Salib danmenawan sebagian tentaranya.
    Selanjutnya, Salahuddin Yusuf al-Ayyubi memusatkan perhatiannya untuk merebut Jerussalem dari pasukan tentara Salib. Di kota ini, ribuan umat islam dibantai habis. Sesampainya dikota itu,ia memberi perintah agar seluruh pasukan Salib meninggalkan kota Jerussalem. Tetapi perintah itutidak di hiraukan, Salahuddin Yusuf al-Ayyubi bersumpah untuk melakukan balasdendam atas tragedi tersebut. Setelah beberapa lama dikepung, pasukan Salib kehilangan semangat bertempur dan memohon kemurahan hati agar mereka dibebaskan.
    Permintaan itu dipenuhi oleh Salahuddin Yusufal-Ayyubi, tanpa rasa dendam. Bangsa Romawi dan Syiria Kristen diberi kebebasan hidup dan diizinkan untuk menetap di Jerussalem. Menurut ketentuan, setiapbangsa yang tertawan harus membayar uang tebusan kepada pemenang. Dalam peraturan, setiap tahanan orang dewasa membayar uang tebusan sebesar 10 dinardan anak-anak 1 dinar.
    Ketika bangsa Perancis dan Latin ingin meninggalkan Jerussalem mereka harus mematuhi peraturan tersebut, tetapi Salahuddin Yusufal-Ayyubi tidak ingin menerapkan ketentuan itu bagi kedua bangsa ini. Merekadibiarkan bebas dan Salahuddin Yusuf al-Ayyubi mengeluarkan sendiri dana yang diperlukan untuk menebus sejumlah tawanan. Salahuddin Yusuf al-Ayyubi jugamembagikan sedekah bagi masyarakat Kristen yang miskin dan lemah sebagai bekalperjalanan mereka pulang.
    Jatuhnya Jerussalem ke tangan Salahuddin Yusufal-Ayyubi menimbulkan keprihatinan di kalangan tokoh-tokoh Kristen. Seluruh penguasa negeri Kristen di Eropa melancarkan serangan pasukan Salib kembali.Ribuan pasukan Kristen pergi menuju Tyre untuk berjuang mengembalikan kekuatantentara Salib yang hilang. Para pendeta menyerukan kepada seluruh umat Kristenberjuang merebut kekuasaan mereka yang berpindah ke tangan pasukan muslim. Parapenguasa di Eropa juga menyambut seruan ini. Kaisar Jerman bernama FrederickBarbarosa, Philip August Kaisar Perancis, Richard Kaisar Inggris dan pembesar lainnya membentuk pasukan Salib. Setelah pasukan gabungan berkumpul di Tyre,mereka bergerak menuju Acre, dan mengepung kota ini selama dua tahun.
    Setelah pasukan Salib berhasil menguasai kota Acre,tentara Salib pada pimpinan Richard bergerak menuju kota Ascalan. Namun sebelum pasukan Richard sampai, kota ini telah dikuasai oleh pasukan Salahuddin Yusufal-Ayyubi terlebih dahulu, sehingga Richard kewalahan dan melakukan perjanjian damai. Isi perjanjian damai itu adalah pasukan muslim dan Kristen tidak saling menyerang wilayah kekuasaan masing-masing. Masyarakat di wilayah kedua belah pihak dapat keluar masuk tanpa ada gangguan apa pun.
    Setelah perjanjian damai usai, Richard meninggalkan Jerussalem. Lalu, setelah tinggal di kota itu beberapa lama, Salahuddin Yusufal-Ayyubi pergi menuju Damaskus untuk menghabiskan sisa hidupnya. Perjalanandan perjuangan melelahkan yang menghabiskan energi dan pemikiran SalahuddinYusuf al-Ayyubi, sehingga pada tahun 1193 M, ia meninggal dunia.
    Selain sebagai seorang jendral dan sultan, Salahuddin Yusuf al-Ayyubi juga sebagai pemimpin kharismatik, teguh pendirian, sabar, dan pema’af. Hal itu tercermin dari sikapnya yang tidak mau membalas dendam terhadap pasukan Salib yang membunuh masyarakat muslim secara missal di Jerussalem, bahkan mau mema’afkan mereka. Kebesaran jiwa inilah yang patut diteladani oleh kita semua.

    2 Comment blog vaenggg :

    1. shofianurul25 mengatakan... :

      terima kasih infonya

    Posting Komentar