Seputar Biologi
Nge-post dulu masalah biologi, :)
Informasi ini dapat dari berbagai sumber saat aku nyari tugas, jadi susunan nya gak teratur ,hehe ^o^.
a)Ordo Insektivora (Pemakan Serangga)
Ciri-ciri :
1. Memiliki ukuran kecil
2. Moncongnya runcing
3. Hidupnya subteranian
4. Hidup di pohon aktif di malam
hari
5. Daun telinganya
pendek Penyebaran hewan ini tersebar luas, kecuali di Australia dan
sebagian besar Amerika Selatan
Kriteria penentuan lokasi pembuangan sampah
Persyaratan didirikannya suatu TPA ialah bahwa pemilihan
lokasi TPA sampah harus mengikuti persyaratan hukum, ketentuan
perundang-undangan mengenai pengelolaan lingkungan hidup, analisis mengenai
dampak lingkungan, ketertiban umum, kebersihan kota / lingkungan, peraturan
daerah tentang pengelolaan sampah dan perencanaan dan tata ruang kota serta
peraturan-peraturan pelaksanaannya.
Adapun ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi untuk
menentukan lokasi TPA ialah sebagai berikut (SNI nomor 03-3241-1994 ) :
1. Ketentuan Umum
Pemilihan
lokasi TPA sampah harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1.
TPA sampah tidak boleh berlokasi di danau, sungai, dan laut.
2.
Penentuan lokasi TPA disusun berdasarkan 3 tahapan yaitu :
- Tahap regional yang merupakan tahapan untuk menghasilkan peta yang berisi daerah atau tempat dalam wilayah tersebut yang terbagi menjadi beberapa zona kelayakan
- Tahap penyisih yang merupakan tahapan untuk menghasilkan satu atau dua lokasi terbaik diantara beberapa lokasi yang dipilih dari zona-zona kelayakan pada tahap regional
- Tahap penetapan yang merupakan tahap penentuan lokasi terpilih oleh instansi yang berwenang.
3. Jika dalam suatu wilayah belum bisa memenuhi tahap regional,
pemilihan lokasi TPA sampah ditentukan berdasarkan skema pemilihan lokasi TPA
sampah.
2. Kriteria
Kriteria
pemilihan lokasi TPA sampah dibagi menjadi tiga bagian :
a. Kriteria regional, yaitu kriteria yang digunakan untuk menentukan zona layak atau
tidak layak sebagai berikut :
1
) Kondisi geologi
a.
tidak berlokasi di zona holocene fault.
b.
tidak boleh di zona bahaya geologi.
2)
Kondisi hidrogeologi
a.
tidak boleh mempunyai muka air tanah kurang dari 3 meter.
b.
tidak boleh kelulusan tanah lebih besar dari 10-6 cm / det.
c.
jarak terhadap sumber air minum harus lebih besar dari 100 meter di hilir
aliran.
d.
dalam hal tidak ada zona yang memenuffi kriteria-kriteria tersebut diatas, maka
harus diadakan masuJkan teknologi.
3)
kemiringan zona harus kurang dari 20%.
4) jarak dari lapangan terbang harus lebih besar dari
3.000 meter untuk penerbangan turbojet dan harus lebih besar dari 1.500 meter
untuk jenis lain
5)
tidak boleh pada daerah lindung / cagar alam dan daerah banjir dengan periode
ulang 25 tahun
b. Kriteria penyisih, yaitu kriteria yang digunakan untuk memilih lokasi terbaik
yaitu terdiri dari kriteria regional ditambah dengan kriteria berikut :
1)
Iklim
a) hujan intensitas hujan makin
kecil dinilai makin baik
b) angin : arah angin dominan tidak
menuju ke pemukiman dinilai makin baik
2)
Utilitas : tersedia lebih lengkap dinilai lebih baik
3)
Lingkungan biologis :
a) habitat : kurang bervariasi
dinilai makin baik
b) daya dukung : kurang menunjang
kehidupan flora dan fauna, dinilai makin baik
4)
Kondisi tanah
a) produktivitas tanah : tidak
produktif dinilai lebih tinggi
b)
kapasitas dan umur : dapat menampung lahan lebih banyak dan lebih lama dinilai
lebih baik
c)
ketersediaan tanah penutup : mempunyai tanah penutup yang cukup dinilai lebih
baik
d) status tanah : makin bervariasi
dinilai tidak baik
5)
Demografi : kepadatan penduduk lebih rendah dinilai makin baik
6)
Batas administrasi : dalam batas administrasi dinilai makin baik
7)
Kebisingan : semakin banyak zona penyangga dinilai semakin baik
8)
Bau : semakin banyak zona penyangga dinilai semakin baik
9)
Estetika : semakin tidak terlihat dari luar dinilai makin baik
10)Ekonomi : semakin kecil biaya
satuan pengelolaan sampah (per m3 / ton) dinilai semakin baik.
c. Kriteria penetapan, yaitu kriteria yang digunakan oleh
instansi yang berwnang untuk menyetujui dan menetapkan lokasi terpilih sesuai
dengan kebijaksanaan instansi yang berwenang setempat dan ketentuan yang
berlaku.
Definisi
dan Fungsi Biogeokimia
Biogeokimia merupakan pertukaran atau perubahan yang terus menerus, antara komponen biosfer yang hidup dengan tak hidup.
Dalam suatu ekosistem, materi pada setiap tinkatan trofik tak hilang. Materi berupa unsur-unsur penyusun bahan organik di daur ulang. Unsur-unsur tersebut masuk ke dalam komponen biotic melalui udara, tanah, dan air. Daur ulang materi tersebut melibatkan mahluk hidup dan batuan (geofisik) sehingga disebut daur biogeokimia.
Biogeokimia merupakan pertukaran atau perubahan yang terus menerus, antara komponen biosfer yang hidup dengan tak hidup.
Dalam suatu ekosistem, materi pada setiap tinkatan trofik tak hilang. Materi berupa unsur-unsur penyusun bahan organik di daur ulang. Unsur-unsur tersebut masuk ke dalam komponen biotic melalui udara, tanah, dan air. Daur ulang materi tersebut melibatkan mahluk hidup dan batuan (geofisik) sehingga disebut daur biogeokimia.
Fungsi daur biogeokimia adalah sebagai silkus materi yang melibatkan semua unsur kimia
yang sudah terpakai oleh semua yang ada di bumi baik komponen biotik maupun
abiotik, sehingga kelangsungan hidup di bumi tetap terjaga.
Macam-macam
daur Biogeokimia meliputi:
-Daur Air
-Daur Karbon dan Oksigen
-Daur Nitrogen
-Daur Fosfor
-Daur Belerang
-Daur Air
-Daur Karbon dan Oksigen
-Daur Nitrogen
-Daur Fosfor
-Daur Belerang
Pengolahan
Limbah Cair secara Kimia
Prinsip yang digunakan untuk
mengolah limbah cair secara kimia adalah menambahkan bahan kimia (koagulan)
yang dapat mengikat bahan pencemar yang dikandung air limbah, kemudian
memisahkannya (mengendapkan atau mengapungkan). Kekeruhan dalam air limbah
dapat dihilangkan melalui penambahan atau pembubuhan sejenis bahan kimia yang
disebut flokulan. Pada umumnya bahan seperti aluminium sulfat (tawas), fero
sulfat, poli amonium khlorida atau poli elektrolit organik dapat digunakan
sebagai flokulan. Untuk menentukan dosis yang optimal, flokulan yang sesuai dan
pH yang akan digunakan dalam proses pengolahan air limbah, secara sederhana
dapat dilakukan dalam laboratorium dengan menggunakan test yang merupakan model
sederhana dari proses koagulasi. Dalam pengolahan limbah cara ini, hal yang
penting harus diketahui adalah jenis dan jumlah polutan yang dihasilkan dari
proses produksi. Umumnya zat pencemar industri kain terdiri dari tiga jenis
yaitu padatan terlarut, padatan koloidal, dan padatan tersuspensi.
Terdapat 3 (tiga) tahapan penting
yang diperlukan dalam proses koagulasi yaitu : tahap pembentukan inti endapan,
tahap flokulasi, dan tahap pemisahan flok dengan cairan.
a. Tahap Pembentukan
Inti Endapan
Pada tahap ini diperlukan zat
koagulan yang berfungsi untuk penggabungan antara koagulan dengan polutan yang
ada dalam air limbah. Agar penggabungan dapat berlangsung diperlukan pengadukan
dan pengaturan pH limbah. Pengadukan dilakukan pada kecepatan 60-100 rpm selama
1-3 menit; pengaturan pH tergantug dari jenis koagunlan yang digunakan,
misalnya untuk : Alum pH 6- 8, Fero Sulfat pH 8-11, Feri Sulfat pH 5-9, dan PAC
pH 6-9,3.
b. Tahap
Flokulasi
Pada tahap ini terjadi penggabungan
inti inti endapan sehingga menjadi molekul yang lebih besar, pada tahap ini
dilakukan pengadukan lambat dengan kecepatan 40-50 rpm selama 15-30 menit.
Untuk mempercepat terbentuknya flok dapat ditambahkan flokulan misalnya
polielektrolit. Polielektrolit digunakan secara luas, baik untuk pengolahan air
proses maupun untuk pengolahan air limbah industri. Polielektrolit dapat dibagi
menjadi tiga jenis yaitu nonionik, kationik dan anionik; biasanya bersifat
larut air. Sifat yang menguntungkan dari penggunaan polielektrolit adalah :
volume lumpur yang terbentuk relatif lebih kecil, mempunyai kemampuan untuk
menghilangkan warna, dan efisien untuk proses pemisahan air dari lumpur( d e w
a t e r i n g ) .
c. Tahap
Pemisahan Flok dengan Cairan Flok
Tahap Pemisahan Flok dengan Cairan
Flok yang terbentuk selanjutnya harus dipisahkan dengan cairannya, yaitu dengan
cara pengendapan atau pengapungan. Bila flok yang terbentuk dipisahkan dengan
cara pengendapan, maka dapat digunakan alat klarifier, sedangkan bila flok yang
terjadi diapungkan dengan menggunakan gelembung udara, maka flok dapat diambil
dengan menggunakan skimmer. Image Klarifier berfungsi sebagai tempat pemisahan
flok dari cairannya. Dalam klarifier diharapkan lumpur benar-benar dapat
diendapkan sehingga tidak terbawa oleh aliran air limbah yang keluar dari
klarifier, untuk itu diperlukan perencanaan pembuatan klarifier yang akurat.
Kedalaman klarifier dipengaruhi oleh diameter klarifier yang bersangkutan.
Misalkan dibuat klarifier dengan diameter lebih kecil dari 12m, diperlukan
kedalaman air dalam klarifirer minimal sebesar 3,0 m.
Sumber: http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/self-publishing/2115782-pengolahan-limbah-cair-secara-kimia/#ixzz1r6lQC7Ji
Savana
Savana adalah padang rumput dengan diselingi oleh gerombolan pepohonan. Pengertian savanna(sabana) yang sebenarnya hanyalah hamparan rumput yang luas dan tempat dimana bermacam ekosistem berkumpul untuk saling berinteraksi (berupa simbiosis dan rantai makanan) disini diartikan sangat luas dimana pemaknaan ruang oleh masyarakat Indonesia yang sebenarnya memiliki kebudayaan berkumpul kembali dimunculkan dengan sebuah eksekusi berupa eco-corridor dengan maksud memunculkan kembali kebudayaan yang telah lama bergeser kepada sifat individualis oleh masyarakat pada umumnya sehingga dapat dikatakan ECO-CORRIDOR yang kami maksud adalah sebagai "ruang tamu" untuk khalayak. Savana berkembang dengan lebih baik di Afrika dan Amerika Selatan.
Savana terdapat juga di negara India, Asia Selatan, Australia, dan Indonesia (Irian, NTT, dan NTB). Di savana terdapat berbagai jenis hewan, yaitu bison, gajah, jerapah, zebra, domba, biri-biri, harimau, cheetah, serigala dan ular.
Bentuk Savana terbagi atas :
1. Savana datar, tumbuh diatas tanah hitam alluvial muda
2. Savana bergelombang, tumbuh di atas tanah hitam berbatu-batu besar
Ciri Khas Savana
Padang rumput
Tumbuhan agel (Corypha utan)
Lontar (Borassus flabelifer)
Bambu duri (Bambusa spinosa)
Semak belukar
Proses Terbentuknya Savana
Bourlieredan Hadley (Lal,1987), mengemukakan pendapat tentang savana dan proses pembentukannya secara komprehensif. Dinyatakan bahwa struktur savana selalu ditandai oleh:
1) Strata rumput yang jelas dan merata yang diinterupsi pohon dan semak;
2) Kehadiran api dan hewan perumput;
3) Pola pertumbuhan komponen biotik ditentukan oleh pergantian di antara musim basah dan musim kering.
Berdasarkan struktur seperti ini, Lal (1987) menjelaskan tentang proses suksesi klimaks savana sebagai berikut: hutan savana akan terbentuk jika matriks tanahnya cukup basah dan lembap sehingga mampu menunjang pertumbuhan individu pohon dan kanopi yang rapat. Selanjutnya kerapatan pohon akan semakin berkurang sejalan dengan makin meningkatnya kekeringan.
Savana adalah padang rumput dengan diselingi oleh gerombolan pepohonan. Pengertian savanna(sabana) yang sebenarnya hanyalah hamparan rumput yang luas dan tempat dimana bermacam ekosistem berkumpul untuk saling berinteraksi (berupa simbiosis dan rantai makanan) disini diartikan sangat luas dimana pemaknaan ruang oleh masyarakat Indonesia yang sebenarnya memiliki kebudayaan berkumpul kembali dimunculkan dengan sebuah eksekusi berupa eco-corridor dengan maksud memunculkan kembali kebudayaan yang telah lama bergeser kepada sifat individualis oleh masyarakat pada umumnya sehingga dapat dikatakan ECO-CORRIDOR yang kami maksud adalah sebagai "ruang tamu" untuk khalayak. Savana berkembang dengan lebih baik di Afrika dan Amerika Selatan.
Savana terdapat juga di negara India, Asia Selatan, Australia, dan Indonesia (Irian, NTT, dan NTB). Di savana terdapat berbagai jenis hewan, yaitu bison, gajah, jerapah, zebra, domba, biri-biri, harimau, cheetah, serigala dan ular.
Bentuk Savana terbagi atas :
1. Savana datar, tumbuh diatas tanah hitam alluvial muda
2. Savana bergelombang, tumbuh di atas tanah hitam berbatu-batu besar
Ciri Khas Savana
Padang rumput
Tumbuhan agel (Corypha utan)
Lontar (Borassus flabelifer)
Bambu duri (Bambusa spinosa)
Semak belukar
Proses Terbentuknya Savana
Bourlieredan Hadley (Lal,1987), mengemukakan pendapat tentang savana dan proses pembentukannya secara komprehensif. Dinyatakan bahwa struktur savana selalu ditandai oleh:
1) Strata rumput yang jelas dan merata yang diinterupsi pohon dan semak;
2) Kehadiran api dan hewan perumput;
3) Pola pertumbuhan komponen biotik ditentukan oleh pergantian di antara musim basah dan musim kering.
Berdasarkan struktur seperti ini, Lal (1987) menjelaskan tentang proses suksesi klimaks savana sebagai berikut: hutan savana akan terbentuk jika matriks tanahnya cukup basah dan lembap sehingga mampu menunjang pertumbuhan individu pohon dan kanopi yang rapat. Selanjutnya kerapatan pohon akan semakin berkurang sejalan dengan makin meningkatnya kekeringan.
EKOSISTEM
A.Pengertian Ekosistem
Ekosistem
adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan
kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang
saling mempengaruhi.
B.Macam-macam Ekosistem
- Ekosistem darat
Ekosistem darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan. Berdasarkan letak geografisnya (garis lintangnya), ekosistem darat dibedakan menjadi beberapa bioma, yaitu sebagai berikut.
1. Bioma gurun
Beberapa Bioma gurun terdapat di daerah tropika (sepanjang garis balik) yang berbatasan dengan padang rumput. Ciri-ciri bioma gurun adalah gersang dan curah hujan rendah (25 cm/tahun). Suhu slang hari tinggi (bisa mendapai 45°C) sehingga penguapan juga tinggi, sedangkan malam hari suhu sangat rendah (bisa mencapai 0°C). Perbedaan suhu antara siang dan malam sangat besar. Tumbuhan semusim yang terdapat di gurun berukuran kecil. Selain itu, di gurun dijumpai pula tumbuhan menahun berdaun seperti duri contohnya kaktus, atau tak berdaun dan memiliki akar panjang serta mempunyai jaringan untuk menyimpan air. Hewan yang hidup di gurun antara lain rodentia, ular, kadal, katak, dan kalajengking.
2. Bioma padang rumput
Bioma ini terdapat di daerah yang terbentang dari daerah tropik ke subtropik.
Ciri-cirinya
adalah curah hujan kurang lebih 25-30 cm per tahun dan hujan turun tidak
teratur. Porositas (peresapan air) tinggi dan drainase (aliran air) cepat.
Tumbuhan yang ada terdiri atas tumbuhan terna (herbs) dan rumput yang keduanya
tergantung pada kelembapan. Hewannya antara lain: bison, zebra, singa, anjing
liar, serigala, gajah, jerapah, kangguru, serangga, tikus dan ular
3. Bioma Hutan Basah
Bioma Hutan Basah terdapat di daerah tropika dan subtropik.
Bioma Hutan Basah terdapat di daerah tropika dan subtropik.
Ciri-cirinya
adalah, curah hujan 200-225 cm per tahun. Species pepohonan relatif banyak,
jenisnya berbeda antara satu dengan yang lainnya tergantung letak geografisnya.
Tinggi pohon utama antara 20-40 m, cabang-cabang pohon tinngi dan berdaun lebat
hingga membentuk tudung (kanopi). Dalam hutan basah terjadi perubahan iklim
mikro (iklim yang langsung terdapat di sekitar organisme). Daerah tudung cukup
mendapat sinar matahari. Variasi suhu dan kelembapan tinggi/besar; suhu
sepanjang hari sekitar 25°C. Dalam hutan basah tropika sering terdapat tumbuhan
khas, yaitu liana (rotan), kaktus, dan anggrek sebagai epifit. Hewannya antara
lain, kera, burung, badak, babi hutan, harimau,dan burung hantu.
4. Savana
Savana dari daerah tropika terdapat di wilayah
dengan curah hujan 40 – 60 inci per tahun, tetapi dengan musim kering yang
berkepanjangan pada saat api menjadi bagian penting
dari lingkungan. Savana yang terluas di dunia terdapat di
Afrika; namun di Australia juga terdapat savana yang luas.
Berhubung dalam ekosistem savana ini, rerumputan dan
pohon-pohon yang hidup harus tahan terhadap musim kering dan api,
maka jumlah jenis tumbuh-tumbuhan yang hidup di savana ini tidak banyak, tidak
seperti yang hidup di hutan hujan tropik, tidak seperti yang hidup hutan hujan
tropik. Rumput-rumput dari marga Panicum,
Pennisetum, Andropogon dan
Imperata mendominasi lingkungan ini, sedangkan pepohonan yang hidup di sana sama sekali berada dengan jenis pohon yang hidup di
hutan hujan tropik. Di Afrika diantaranya terdapat pohon Acacia yang terbesar di savanna.
Di Indonesia padang savanna ini dapat ditemukan di
Taman Nasional (TN) Baluran dan TN Alas Purwo di Banyuwangi, Jawa Timur.
5. Bioma hutan gugur
Bioma hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang,
Bioma hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang,
Ciri-cirinya adalah curah hujan merata sepanjang
tahun. Terdapat di daerah yang mengalami empat musim (dingin, semi, panas, dan
gugur). Jenis pohon sedikit (10 s/d 20) dan tidak terlalu rapat. Hewannya
antara lain rusa, beruang, rubah, bajing, burung pelatuk, dan rakoon (sebangsa
luwak).
6. Bioma taiga
Bioma taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah tropik.
Bioma taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah tropik.
Ciri-cirinya adalah suhu di musim dingin rendah.
Biasanya taiga merupakan hutan yang tersusun atas satu spesies seperti konifer,
pinus, dap sejenisnya. Semak dan tumbuhan basah sedikit sekali. Hewannya antara
lain moose, beruang hitam, ajag, dan burung-burung yang bermigrasi ke selatan pada
musim gugur.
7. Bioma tundra
Bioma tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran kutub utara dan terdapat di puncak-puncak gunung tinggi.
Bioma tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran kutub utara dan terdapat di puncak-puncak gunung tinggi.
Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60 hari.
Contoh tumbuhan yang dominan adalah Sphagnum,
liken, tumbuhan biji semusim, tumbuhan kayu yang pendek, dan rumput.
Pada umumnya, tumbuhannya mampu beradaptasi dengan keadaan yang dingin.
Hewan yang hidup di daerah ini ada yang menetap dan
ada yang datang pada musim panas, semuanya berdarah panas. Hewan yang menetap
memiliki rambut atau bulu yang tebal, contohnya muscox, rusa kutub, beruang
kutub, dan insekta terutama nyamuk dan lalat hitam.
b.Ekosistem air tawar.
Ciri-ciri ekosistem air
tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya kurang, dan
terpengaruh oleh iklim
dan cuaca. Macam
tumbuhan yang terbanyak adalah jenis ganggang,
sedangkan lainnya tumbuhan biji. Hampir semua filum hewan terdapat dalam air tawar.
Pengelompokkan
Organisme Pada Ekosistem Air Tawar
1.Berdasarkan cara memperoleh makanan atau energi, dibagi menjadi 2 kelompok:
a.Organisme autotrof: organisme yang dapat mensintesis makanannya sendiri. Tumbuhan hijau tergolong organisme autotrof, peranannya sebagai produsen dalam ekosistem air tawar.
b. Fagotrof dan Saprotrof: merupakan konsumen dalam ekosistem air tawar. Fogotrof adalah pemakan organisme lain, sedang Saprotrof adalah pemakan sampah atau sisa organisme lain.
2.Berdasarkan kebiasaan kehidupan dalam air, organisme air tawar dibedakan atas 5 macam:
a.Plankton: terdiri atas fitoplankton (plankton tumbahan) dan zooplankton (plankton hewan), merupakan organisme yang gerakannya pasif selalu dipengaruhi oleh arus air.
b.Nekton: organisme yang bergerak aktif berenang. Contoh: ikan, serangga air.
c.Neston: organisme yang beristirahat dan mengapung di permukaan air.
d.Bentos: organisme yang hidup di dasar perairan.
e.Perifiton: organisme yang melekat pada suatu substrat (batang, akar, batu-batuan) di perairan.
3.Berdasarkan fungsinya, organisme air tawar dibedakan menjadi 3 macam:
a.Produsen: terdiri dari Bolongan ganggang, ganggang hijau dan ganggang biru, golongan spermatophyta, misal: eceng gondok, teratai, kangkung, genger, kiambang.
b.Konsumen: meliputi hewan-hewan, serangga, udang, siput, cacing, dan hewan-hewan lainnya.
c.Dekomposer/pengurai: sebagian besar terdiri atas bakteri dan mikroba lain.
Berdasarkan intensitas cahaya, ekosistem air tawar dibedakan menjadi 3 daerah, yaitu:
a.Daerah litoral: daerah air dangkal, sinar matahari dapat menembus sampai dasar perairan organisme daerah litoral adalah tumbuhan yang berakar, udang, cacing dan fitoplankton.
b. Daerah limnetik: daerah terbuka yang masih dapat ditembus oleh cahaya matahari. Organisme daerah ini adalah plankton, neston dan nekton.
c.Daerah profundal: daerah dasar perairan tawar yang dalam sehingga sinar matahari tidak dapat menembusnya. Produsen sudah tidak ditemukan lagi.
1.Berdasarkan cara memperoleh makanan atau energi, dibagi menjadi 2 kelompok:
a.Organisme autotrof: organisme yang dapat mensintesis makanannya sendiri. Tumbuhan hijau tergolong organisme autotrof, peranannya sebagai produsen dalam ekosistem air tawar.
b. Fagotrof dan Saprotrof: merupakan konsumen dalam ekosistem air tawar. Fogotrof adalah pemakan organisme lain, sedang Saprotrof adalah pemakan sampah atau sisa organisme lain.
2.Berdasarkan kebiasaan kehidupan dalam air, organisme air tawar dibedakan atas 5 macam:
a.Plankton: terdiri atas fitoplankton (plankton tumbahan) dan zooplankton (plankton hewan), merupakan organisme yang gerakannya pasif selalu dipengaruhi oleh arus air.
b.Nekton: organisme yang bergerak aktif berenang. Contoh: ikan, serangga air.
c.Neston: organisme yang beristirahat dan mengapung di permukaan air.
d.Bentos: organisme yang hidup di dasar perairan.
e.Perifiton: organisme yang melekat pada suatu substrat (batang, akar, batu-batuan) di perairan.
3.Berdasarkan fungsinya, organisme air tawar dibedakan menjadi 3 macam:
a.Produsen: terdiri dari Bolongan ganggang, ganggang hijau dan ganggang biru, golongan spermatophyta, misal: eceng gondok, teratai, kangkung, genger, kiambang.
b.Konsumen: meliputi hewan-hewan, serangga, udang, siput, cacing, dan hewan-hewan lainnya.
c.Dekomposer/pengurai: sebagian besar terdiri atas bakteri dan mikroba lain.
Berdasarkan intensitas cahaya, ekosistem air tawar dibedakan menjadi 3 daerah, yaitu:
a.Daerah litoral: daerah air dangkal, sinar matahari dapat menembus sampai dasar perairan organisme daerah litoral adalah tumbuhan yang berakar, udang, cacing dan fitoplankton.
b. Daerah limnetik: daerah terbuka yang masih dapat ditembus oleh cahaya matahari. Organisme daerah ini adalah plankton, neston dan nekton.
c.Daerah profundal: daerah dasar perairan tawar yang dalam sehingga sinar matahari tidak dapat menembusnya. Produsen sudah tidak ditemukan lagi.
Organisme yang hidup di
air tawar pada umumnya telah beradaptasi. Dibedakan menjadi 2 :
1.Air tenang
1.Air tenang
-
Danau
Ekosistem danau ditandai oleh adanya bagian perairan
yang dalam sehingga tumbuh-tumbuhan berakar tidak dapat tumbuh di bagian ini.
Berbeda dengan ekosistem kolam yang tidak dalam (kedalamannya tidak lebih dari
4-5 meter) yang memungkinkan tumbuh-tumbuhan berakar dapat tumbuh di
semua bagian perairan.
Danau yang luas seperti danau Toba di Sumatra dapat
berombak karena memungkinkan angin untuk bertiup di sepanjang permukaan air
yang luas sehingga menciptakan ombak itu. Danau terjadi karena glacier, tanah longsor yang
membendung lembah, pelarutan mineral tertentu dalam tanah sehingga permukaan
tanah menurun membentuk cekungan. Danau juga dapat dibentuk oleh kawah gunung
api yang sudah mati atau gobah yang terbentuk di pinggir laut.
Ekosistem danau mempunyai tiga mintakat (zona) yakni:
1. Mintakat litoral, yakni bagian yang
dangkal di mana sinar matahari dapat menembus sampai ke dasar perairan;
2. Mintakat limnetik, yakni bagian
perairan yang terbuka yang terlalu dalam untuk pertumbuhan tumbuh-tumbuhan
berakar, tetapi masih memungkinkan sinar matahari menembus lapisan ini untuk
digunakan fotosintetis tumbuh-tumbuhan air; dan
3. Mintakat atau lapisan profundal, yakni
lapisan di bawahnya di mana sinar matahari tidak tidak dapat menembus
Mintakat-mintakat limnetik dan profundal tidak
terdapat pada ekosistem kolam. Pada mintakat litoral hidup tumbuhan apung
(terutama fitoplankton) dan tumbuhan berakar. Banyak kelompok hewan hidup di
mintakat ini. Pada mintakat limnetik hidup fitoplankton dan zooplankton seperti
di atas, ganggang hijau dan hijau biru, Copepoda,
Cladocera dan banyak lagi.
Sebagian besar ikan hidup di mintakat ini. Pada lapisan profundal hidup bakteri
anaerobik dan fungsi, cacing nematoda, keong dan beberapa jenis ikan.
Waduk-waduk yang dibangun oleh manusia seperti waduk
Ir. Sutami, Jatiluhur dan Saguling merupakan danau buatan. Danau-danau ini
banyak digunakan untuk budidaya ikan dengan karamba. Pada saat-saat tertentu
terjadi kematian ikan secara massal, dan sedang diteliti penyebabnya.
-
RAWA
Dalam buku ini ekosistem rawa dibagi menjadi :
1. Ekosistem rawa gambut
2. Ekosistem rawa air tawar
Rawa Gambut
Ekosistem
(hutan) gambut ditumbuhi oleh vegetasi yang spesifik atau khas.
Hutan gambut dengan hutan rawa sering disebut dengan hutan rawa
saja.
Daerah
di antara hutan gambut dan hutan rawa
disebut hutan bergambut. Di dalam daerah hutan bergambut
terdapat elemen-elemen hutan rawa dan hutan gambut. Hutan
rawa dan hutan gambut terdapat di dalam satu daerah, dan biasanya hutan gambut merupakan kelanjutan dari hutan rawa. Perbedaannya hanya
pada hutan gambut memiliki lapisan gambut, yakni lapaisan
bahan organic yang tebal mencapai 1-2 m, sedangkan hutan
rawa lapisannya hanya sekitar 0,5 m. kedua huatan ini
selalu hijau, dan mempunyai tajuk yang berlapis-lapis dengan berbagai jenis
walaupun tidak selengkap hutan hujan. Biasanya didominasi oleh
jenis-jenis dikotiledon dan ketinggian dapat mencapai 30
m terutama sebelah tepinya. Semakin ke tengah semakin pendek,
bahkan terkadang di tengah bias mencapai tinggi 2 m sehingga
sering disebut hutan cebol.
Jenis vegetasi hutan gambut biasanya terdiri dari
jenis Palmae, Pandanus,
Podocarpus, dan beberapa dari famili
Dipterocarpaceae. PH habitat biasanya 3,2
dan bersifat hamper steril. Hal ini kemungkinan
merupakan salah satu penyebab
jumlah vegetasi hutan gambut tidak banyak, tetapi
khas.
Gambut adalah suatu tipe tanah yang
dibentuk dari sisa-sisa tumbuhan dan mempunyai
kandungan bahan organic yang sangat tinggi. Permukaan gambut seperti kerak yang berserabut, menutupi bagian dalam yang lembap berisikan
potongan- potongan kayu besar dan sisa-sisa tumbuhan lainnya. Gambut
dapat diklasifikasikan atas dua bentuk, yaitu :
1. Gambut
Ombrogen
Adalah gambut yang umum
dijumpai. Banyak ditemui di dekat pantai dan
kedalaman gambutnya mencapai 20 m. air draenasenya sangat asam
dan miskin zat hara. Tumbuhan yang ada disini mendapatkan
zat hara hanya dari tumbuhan itu sendiri, dari gambut,
dan dari air hujan.
2. Gambut
Topogen
Merupakan tipe gambut
yang jarang ditemui, biasanya dibentuk pada
lekukan-lekukan tanah. Tumbuhan yang ada pada tanah ini
mendapatkan zat haranya dari tanah mineral, air sungai,
sisa tumbuhan dan air hujan. Gambut ini terdapat di
pantai-pantai di balik bukit-bukit pasir dan daerah pedalaman
dimana air draenasenya terhambat. Biasanya tebal gambut ini sekitar 4 m. gambut dan air draenasenya bersifat agak asam dan mengandung zat hara yang relative banyak.
Rawa Air Tawar
Ekosistem air tawar merupakan kosistem
dengan habitatnya yang sering digenangi
air tawar yang kaya mineral dengan pH sekitar 6. Kondisi permukaan air tidak selalu tetap.
Ekosistem rawa air tawar ini
ditumbuhi oleh beragam jenis vegetasi.
Hal ini desebabkan oleh terdapatnya beragam jenis tanah pada berbagai ekosistem rawa air tawar.Di beberapa daerah pada rawa-rawa tersebut
ditumbuhi rumput, ada pula yang hanya ditumbuhi jenis
pandan atau palem yang menonjol. Malah ada pula yang menyerupai
hutan-hutan dataran rendah, dengan akar tunjang atau akar napas maupun seperti penupang pohon. Beberapa contoh seperti danau Bento
yang terletak di selatan gunung Tujuh dan di barat laut
danau Kerinci dikelilingi oleh hutan rawa liar tawar.
Beda hutan rawa air tawar dengan hutan rawa gambut adalah pada
hutan rawa air tawar tidak terdapat kandungan gambut yang
tebal dan sumber airnya berasal dari air hujan dan air
sungai.
2.Air mengalir
- Sungai
Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air
sungai dingin dan jernih serta mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air
dan gelombang secara konstan memberikan oksigen pada air. Suhu air
bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis lintang.
Ekosistem sungai dihuni oleh hewan seperti ikan kucing, gurame, kura-kura,
ular, buaya, dan lumba-lumba.
c.Ekosistem Air Laut
Ekosistem air laut luasnya lebih dari 2/3 permukaan bumi ( + 70 % ), karena luasnya dan potensinya sangat besar, ekosistem laut menjadi perhatian orang banyak, khususnya yang berkaitan dengan REVOLUSI BIRU.
c.Ekosistem Air Laut
Ekosistem air laut luasnya lebih dari 2/3 permukaan bumi ( + 70 % ), karena luasnya dan potensinya sangat besar, ekosistem laut menjadi perhatian orang banyak, khususnya yang berkaitan dengan REVOLUSI BIRU.
Ciri-ciri:
a.Memiliki kadar mineral yang tinggi, ion terbanyak ialah Cl`(55%), namun kadar garam di laut bervariasi, ada yang tinggi (seperti di daerah tropika) dan ada yang rendah (di laut beriklim dingin).
b.Ekosistem air laut tidak dipengaruhi oleh iklim dan cuaca.
Pembagian daerah ekosistem air laut
1. Daerah Litoral / Daerah Pasang Surut:
Daerah litoral adalah daerah yang langsung berbatasan dengan darat. Radiasi matahari, variasi temperatur dan salinitas mempunyai pengaruh yang lebih berarti untuk daerah ini dibandingkan dengan daerah laut lainnya. Biota yang hidup di daerah ini antara lain: ganggang yang hidup sebagai bentos, teripang, binatang laut, udang, kepiting, cacing laut.
2. Daerah Neritik:
Daerah neritik merupakan daerah laut dangkal, daerah ini masih dapat ditembus cahaya sampai ke dasar, kedalaman daerah ini dapat mencapai 200 m. Biota yang hidup di daerah ini adalah plankton, nekton, neston dan bentos.
3. Daerah Batial atau Daerah Remang-remang:
Kedalamannya antara 200 – 2000 m, sudah tidak ada produsen. Hewannya berupa nekton.
4. Daerah Abisal:
Daerah abisal adalah daerah laut yang kedalamannya lebih dari 2000 m. Daerah ini gelap sepanjang masa, tidak terdapat produsen.
Berdasarkan intensitas cahayanya, ekosistem laut dibedakan menjadi 3 bagian:
a.Daerah fotik: daerah laut yang masIh dapat ditembus cahaya matahari, kedalaman maksimum 200 m.
b.Daerah twilight: daerah remang-remang, tidak efektif untuk kegiatan fotosintesis, kedalaman antara 200 – 2000 m.
c.Daerah afotik: daerah yang tidak tembus cahaya matahari. Jadi gelap sepanjang masa.
Komunitas di Dalam Ekosistem Air Laut
Menurut fungsinya, komponen biotik ekosistem laut dapat dibedakan menjadi 4, yaitu:
a.Produsen
terdiri atas fitoplankton dan ganggang laut lainnya.
b.Konsumen
terdiri atas berbagai jenis hewan. Hampir semua filum hewan ditemukan di dalam ekosistem laut.
c.Zooplaokton
terdiri atas bakteri dan hewan-hewan pemakan bangkai atau sampah.
Pada ekosistem laut dalam, yaitu pada daerah batial dan abisal merupakan daerah gelap sepanjang masa.
Di daerah tersebut tidak berlangsung kegiatan fotosintesis, berarti tidak ada produsen, sehingga yang ditemukan hanya konsumen dan dekompos saja. Ekosistem laut dalam merupakan suatu ekosistem yang tidak lengkap.
Adaptasi biota laut terhadap lingkungan yang berkadar garam tinggi:
Pada hewan dan tumbuhan tingkat rendah tekanan osmosisnya kurang lebih sama dengan tekanan osmosis air laut sehingga tidak terlalu mengalami kesulitan untuk beradaptasi. Tetapi bagaimanakah dengan hewan tingat tinggi, seperti ikan yang mempunyai tekanan osmosis jauh lebih rendah daripada tekanan osmosis air laut. Cara ikan beradaptasi dengan kondisi seperti itu adalah:
- hanyak minum
- air masuk ke jaringan secara osmosis melalui usus
- sedikit mengeluarkan urine
- pengeluaran air terjadi secara osmosis
- garam-garam dikeluarkan secara aktif melalui insang
1) Ekosistem Laut
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion CI- mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25°C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi.
a.Memiliki kadar mineral yang tinggi, ion terbanyak ialah Cl`(55%), namun kadar garam di laut bervariasi, ada yang tinggi (seperti di daerah tropika) dan ada yang rendah (di laut beriklim dingin).
b.Ekosistem air laut tidak dipengaruhi oleh iklim dan cuaca.
Pembagian daerah ekosistem air laut
1. Daerah Litoral / Daerah Pasang Surut:
Daerah litoral adalah daerah yang langsung berbatasan dengan darat. Radiasi matahari, variasi temperatur dan salinitas mempunyai pengaruh yang lebih berarti untuk daerah ini dibandingkan dengan daerah laut lainnya. Biota yang hidup di daerah ini antara lain: ganggang yang hidup sebagai bentos, teripang, binatang laut, udang, kepiting, cacing laut.
2. Daerah Neritik:
Daerah neritik merupakan daerah laut dangkal, daerah ini masih dapat ditembus cahaya sampai ke dasar, kedalaman daerah ini dapat mencapai 200 m. Biota yang hidup di daerah ini adalah plankton, nekton, neston dan bentos.
3. Daerah Batial atau Daerah Remang-remang:
Kedalamannya antara 200 – 2000 m, sudah tidak ada produsen. Hewannya berupa nekton.
4. Daerah Abisal:
Daerah abisal adalah daerah laut yang kedalamannya lebih dari 2000 m. Daerah ini gelap sepanjang masa, tidak terdapat produsen.
Berdasarkan intensitas cahayanya, ekosistem laut dibedakan menjadi 3 bagian:
a.Daerah fotik: daerah laut yang masIh dapat ditembus cahaya matahari, kedalaman maksimum 200 m.
b.Daerah twilight: daerah remang-remang, tidak efektif untuk kegiatan fotosintesis, kedalaman antara 200 – 2000 m.
c.Daerah afotik: daerah yang tidak tembus cahaya matahari. Jadi gelap sepanjang masa.
Komunitas di Dalam Ekosistem Air Laut
Menurut fungsinya, komponen biotik ekosistem laut dapat dibedakan menjadi 4, yaitu:
a.Produsen
terdiri atas fitoplankton dan ganggang laut lainnya.
b.Konsumen
terdiri atas berbagai jenis hewan. Hampir semua filum hewan ditemukan di dalam ekosistem laut.
c.Zooplaokton
terdiri atas bakteri dan hewan-hewan pemakan bangkai atau sampah.
Pada ekosistem laut dalam, yaitu pada daerah batial dan abisal merupakan daerah gelap sepanjang masa.
Di daerah tersebut tidak berlangsung kegiatan fotosintesis, berarti tidak ada produsen, sehingga yang ditemukan hanya konsumen dan dekompos saja. Ekosistem laut dalam merupakan suatu ekosistem yang tidak lengkap.
Adaptasi biota laut terhadap lingkungan yang berkadar garam tinggi:
Pada hewan dan tumbuhan tingkat rendah tekanan osmosisnya kurang lebih sama dengan tekanan osmosis air laut sehingga tidak terlalu mengalami kesulitan untuk beradaptasi. Tetapi bagaimanakah dengan hewan tingat tinggi, seperti ikan yang mempunyai tekanan osmosis jauh lebih rendah daripada tekanan osmosis air laut. Cara ikan beradaptasi dengan kondisi seperti itu adalah:
- hanyak minum
- air masuk ke jaringan secara osmosis melalui usus
- sedikit mengeluarkan urine
- pengeluaran air terjadi secara osmosis
- garam-garam dikeluarkan secara aktif melalui insang
1) Ekosistem Laut
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion CI- mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25°C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi.
Di daerah dingin, suhu air laut merata sehingga air
dapat bercampur, maka daerah permukaan laut tetap subur dan banyak plankton
serta ikan. Gerakan air dari pantai ke tengah menyebabkan air bagian atas turun
ke bawah dan sebaliknya, sehingga memungkinkan terbentuknya rantai makanan yang
berlangsung balk. Habitat laut dapat dibedakan berdasarkan kedalamannya dan
wilayah permukaannya secara horizontal.
Menurut kedalamannya, ekosistem air laut dibagi sebagai berikut.
a. Litoral merupakan daerah yang berbatasan dengan darat.
b. Neretik merupakan daerah yang masih dapat ditembus cahaya matahari sampai bagian dasar dalamnya ± 300 meter.
c. Batial merupakan daerah yang dalamnya berkisar antara 200-2500 m
d. Abisal merupakan daerah yang lebih jauh dan lebih dalam dari pantai (1.500-10.000 m).
Menurut wilayah permukaannya secara horizontal, berturut-turut dari tepi laut semakin ke tengah, laut dibedakan sebagai berikut.
a. Epipelagik merupakan daerah antara permukaan dengan kedalaman air sekitar 200 m.
b. Mesopelagik merupakan daerah dibawah epipelagik dengan kedalam an 200-1000 m. Hewannya misalnya ikan hiu.
c. Batiopelagik merupakan daerah lereng benua dengan kedalaman 200-2.500 m. Hewan yang hidup di daerah ini misalnya gurita.
d. Abisalpelagik merupakan daerah dengan kedalaman mencapai 4.000m; tidak terdapat tumbuhan tetapi hewan masih ada. Sinar matahari tidak mampu menembus daerah ini.
e. Hadal pelagik merupakan bagian laut terdalam (dasar). Kedalaman lebih dari 6.000 m. Di bagian ini biasanya terdapat lele laut dan ikan Taut yang dapat mengeluarkan cahaya. Sebagai produsen di tempat ini adalah bakteri yang bersimbiosis dengan karang tertentu.
Di laut, hewan dan tumbuhan tingkat rendah memiliki tekanan osmosis sel yang hampir sama dengan tekanan osmosis air laut. Hewan tingkat tinggi beradaptasi dengan cara banyak minum air, pengeluaran urin sedikit, dan pengeluaran air dengan cara osmosis melalui insang. Garam yang berlebihan diekskresikan melalui insang secara aktif.
2) Ekosistem Pantai
Daerah pantai merupakan daerah perbatasan antara ekosistem laut dan ekosistem darat. Karena hempasan gelombang dan hembusan angin maka pasir dari pantai membentuk gundukan ke arah darat. Setelah gundukan pasir itu biasanya terdapat hutan yang dinamakan hutan pantai.
Menurut kedalamannya, ekosistem air laut dibagi sebagai berikut.
a. Litoral merupakan daerah yang berbatasan dengan darat.
b. Neretik merupakan daerah yang masih dapat ditembus cahaya matahari sampai bagian dasar dalamnya ± 300 meter.
c. Batial merupakan daerah yang dalamnya berkisar antara 200-2500 m
d. Abisal merupakan daerah yang lebih jauh dan lebih dalam dari pantai (1.500-10.000 m).
Menurut wilayah permukaannya secara horizontal, berturut-turut dari tepi laut semakin ke tengah, laut dibedakan sebagai berikut.
a. Epipelagik merupakan daerah antara permukaan dengan kedalaman air sekitar 200 m.
b. Mesopelagik merupakan daerah dibawah epipelagik dengan kedalam an 200-1000 m. Hewannya misalnya ikan hiu.
c. Batiopelagik merupakan daerah lereng benua dengan kedalaman 200-2.500 m. Hewan yang hidup di daerah ini misalnya gurita.
d. Abisalpelagik merupakan daerah dengan kedalaman mencapai 4.000m; tidak terdapat tumbuhan tetapi hewan masih ada. Sinar matahari tidak mampu menembus daerah ini.
e. Hadal pelagik merupakan bagian laut terdalam (dasar). Kedalaman lebih dari 6.000 m. Di bagian ini biasanya terdapat lele laut dan ikan Taut yang dapat mengeluarkan cahaya. Sebagai produsen di tempat ini adalah bakteri yang bersimbiosis dengan karang tertentu.
Di laut, hewan dan tumbuhan tingkat rendah memiliki tekanan osmosis sel yang hampir sama dengan tekanan osmosis air laut. Hewan tingkat tinggi beradaptasi dengan cara banyak minum air, pengeluaran urin sedikit, dan pengeluaran air dengan cara osmosis melalui insang. Garam yang berlebihan diekskresikan melalui insang secara aktif.
2) Ekosistem Pantai
Daerah pantai merupakan daerah perbatasan antara ekosistem laut dan ekosistem darat. Karena hempasan gelombang dan hembusan angin maka pasir dari pantai membentuk gundukan ke arah darat. Setelah gundukan pasir itu biasanya terdapat hutan yang dinamakan hutan pantai.
Tumbahan pada hutan pantai cukup beragam. Tumbuhan
tersebut bergerombol membentuk unit-unit tertentu sesuai dengan habitatnya.
Suatu unit vegetasi yang terbentuk karena habitatnya disebut formasi. Setiap
formasi diberi nama sesuai dengan spesies tumbuhan yang paling dominan.
Berdasarkan susunan vegetasinya, ekosistem hutan pantai dapat dibedakan menjadi 2, yaitu formasi Pres-Caprae dan formasi Baringtonia.
1.Formasi Pres-Caprae
Pada formasi ini, tumbuhan yang dominan adalah Ipomeea pres-caprae, tumbuhan lainnya adalah Vigna, Spinifex littoreus (rumput angin), Canavalia maritime, Euphorbia atoto, Pandanus tectorius (pandan), Crinum asiaticum (bakung), Scaevola frutescens (babakoan).
2.Formasi Baringtonia
Vegetasi dominan adalah pohon Baringtonia (butun), tumbuhan lainnya adalah Callophylum inophylum (nyamplung), Erythrina, Hernandia, Hibiscus tiliaceus (waru laut), Terminalia catapa (ketapang).
Di daerah pasang surut sendiri dapat terbentak hutan, yaitu hutan bakau. Hutan bakau biasanya sangat sukar ditempuh manusia karena banyaknya akar dan dasarnya terdiri atas lumpur.
3) Ekosistem Estuari
Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam.
Berdasarkan susunan vegetasinya, ekosistem hutan pantai dapat dibedakan menjadi 2, yaitu formasi Pres-Caprae dan formasi Baringtonia.
1.Formasi Pres-Caprae
Pada formasi ini, tumbuhan yang dominan adalah Ipomeea pres-caprae, tumbuhan lainnya adalah Vigna, Spinifex littoreus (rumput angin), Canavalia maritime, Euphorbia atoto, Pandanus tectorius (pandan), Crinum asiaticum (bakung), Scaevola frutescens (babakoan).
2.Formasi Baringtonia
Vegetasi dominan adalah pohon Baringtonia (butun), tumbuhan lainnya adalah Callophylum inophylum (nyamplung), Erythrina, Hernandia, Hibiscus tiliaceus (waru laut), Terminalia catapa (ketapang).
Di daerah pasang surut sendiri dapat terbentak hutan, yaitu hutan bakau. Hutan bakau biasanya sangat sukar ditempuh manusia karena banyaknya akar dan dasarnya terdiri atas lumpur.
3) Ekosistem Estuari
Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam.
Salinitas air berubah secara bertahap mulai dari
daerah air tawar ke laut. Salinitas ini juga dipengaruhi oleh siklus harian
dengan pasang surut aimya. Nutrien dari sungai memperkaya estuari.
Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang, dan fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting, dan ikan. Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan ikan laut yang menjadikan estuari sebagai tempat kawin atau bermigrasi untuk menuju habitat air tawar. Estuari juga merupakan tempat mencari makan bagi vertebrata semi air, yaitu unggas air.
4) Terumbu karang
Di laut tropis, pada daerah neritik, terdapat suatu komunitas yang khusus yang terdiri dari karang batu dan organisme-organisme lainnya. Komunitas ini disebut terumbu karang. Daerah komunitas ini masih dapat ditembus cahaya matahari sehingga fotosintesis dapat berlangsung.
Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang, dan fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting, dan ikan. Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan ikan laut yang menjadikan estuari sebagai tempat kawin atau bermigrasi untuk menuju habitat air tawar. Estuari juga merupakan tempat mencari makan bagi vertebrata semi air, yaitu unggas air.
4) Terumbu karang
Di laut tropis, pada daerah neritik, terdapat suatu komunitas yang khusus yang terdiri dari karang batu dan organisme-organisme lainnya. Komunitas ini disebut terumbu karang. Daerah komunitas ini masih dapat ditembus cahaya matahari sehingga fotosintesis dapat berlangsung.
Terumbu karang didominasi oleh karang (koral) yang
merupakan kelompok Cnidaria yang mensekresikan kalsium karbonat. Rangka dari
kalsium karbonat ini bermacammacam bentuknya dan menyusun substrat tempat hidup
karang lain dan ganggang.
Hewan-hewan yang hidup di karang memakan organisme mikroskopis dan sisa organik lain. Berbagai invertebrata, mikro organisme, dan ikan, hidup di antara karang dan ganggang. Herbivora seperti siput, landak laut, ikan, menjadi mangsa bagi gurita, bintang laut, dan ikan karnivora.
Hewan-hewan yang hidup di karang memakan organisme mikroskopis dan sisa organik lain. Berbagai invertebrata, mikro organisme, dan ikan, hidup di antara karang dan ganggang. Herbivora seperti siput, landak laut, ikan, menjadi mangsa bagi gurita, bintang laut, dan ikan karnivora.
Siklus
karbon adalah siklus biogeokimia dimana karbon dipertukarkan antara biosfer, geosfer, hidrosfer, dan atmosfer Bumi (objek astronomis lainnya bisa jadi memiliki siklus karbon yang
hampir sama meskipun hingga kini belum diketahui).
Dalam siklus ini terdapat empat
reservoir karbon utama yang dihubungkan oleh jalur pertukaran.
Reservoir-reservoir tersebut adalah atmosfer, biosfer teresterial (biasanya
termasuk pula freshwater system
dan material non-hayati organik seperti karbon tanah (soil carbon)), lautan (termasuk karbon anorganik terlarut dan biota laut hayati dan non-hayati), dan sedimen (termasuk bahan
bakar fosil). Pergerakan
tahuan karbon, pertukaran karbon antar reservoir, terjadi karena proses-proses
kimia, fisika, geologi, dan biologi yang bermaca-macam. Lautan mengadung kolam
aktif karbon terbesar dekat permukaan Bumi, namun demikian laut dalam bagian dari kolam ini mengalami pertukaran yang
lambat dengan atmosfer.
Neraca
karbon global adalah
kesetimbangan pertukaran karbon (antara yang masuk dan keluar) antar reservoir
karbon atau antara satu putaran (loop)
spesifik siklus karbon (misalnya atmosfer - biosfer). Analisis neraca karbon
dari sebuah kolam atau reservoir dapat memberikan informasi tentang apakah
kolam atau reservoir berfungsi sebagai sumber (source) atau lubuk (sink)
karbon dioksida.
Bagian terbesar dari karbon yang
berada di atmosfer Bumi adalah gas karbon dioksida (CO2). Meskipun jumlah gas ini merupakan bagian
yang sangat kecil dari seluruh gas yang ada di atmosfer (hanya sekitar 0,04%
dalam basis molar, meskipun sedang mengalami kenaikan), namun ia memiliki peran
yang penting dalam menyokong kehidupan. Gas-gas lain yang mengandung karbon di
atmosfer adalah metan dan kloroflorokarbon atau CFC (CFC ini merupakan gas artifisial atau
buatan). Gas-gas tersebut adalah gas rumah kaca yang konsentrasinya di atmosfer telah bertambah
dalam dekade terakhir ini, dan berperan dalam pemanasan global.
Karbon diambil dari atmosfer
dengan berbagai cara:
- Ketika matahari bersinar, tumbuhan melakukan fotosintesa untuk mengubah karbon dioksida menjadi karbohidrat, dan melepaskan oksigen ke atmosfer. Proses ini akan lebih banyak menyerap karbon pada hutan dengan tumbuhan yang baru saja tumbuh atau hutan yang sedang mengalami pertumbuhan yang cepat.
- Pada permukaan laut ke arah kutub, air laut menjadi lebih dingin dan CO2 akan lebih mudah larut. Selanjutnya CO2 yang larut tersebut akan terbawa oleh sirkulasi termohalin yang membawa massa air di permukaan yang lebih berat ke kedalaman laut atau interior laut.
- Di laut bagian atas (upper ocean), pada daerah dengan produktivitas yang tinggi, organisme membentuk jaringan yang mengandung karbon, beberapa organisme juga membentuk cangkang karbonat dan bagian-bagian tubuh lainnya yang keras. Proses ini akan menyebabkan aliran karbon ke bawah.
- Pelapukan batuan silikat. Tidak seperti dua proses sebelumnya, proses ini tidak memindahkan karbon ke dalam reservoir yang siap untuk kembali ke atmosfer. Pelapukan batuan karbonat tidak memiliki efek netto terhadap CO2 atmosferik karena ion bikarbonat yang terbentuk terbawa ke laut dimana selanjutnya dipakai untuk membuat karbonat laut dengan reaksi yang sebaliknya (reverse reaction).
Karbon dapat kembali ke atmosfer
dengan berbagai cara pula, yaitu:
- Melalui pernapasan (respirasi) oleh tumbuhan dan binatang. Hal ini merupakan reaksi eksotermik dan termasuk juga di dalamnya penguraian glukosa (atau molekul organik lainnya) menjadi karbon dioksida dan air.
- Melalui pembusukan binatang dan tumbuhan. Fungi atau jamur dan bakteri mengurai senyawa karbon pada binatang dan tumbuhan yang mati dan mengubah karbon menjadi karbon dioksida jika tersedia oksigen, atau menjadi metana jika tidak tersedia oksigen.
- Melalui pembakaran material organik yang mengoksidasi karbon yang terkandung menghasilkan karbon dioksida (juga yang lainnya seperti asap). Pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, produk dari industri perminyakan (petroleum), dan gas alam akan melepaskan karbon yang sudah tersimpan selama jutaan tahun di dalam geosfer. Hal inilah yang merupakan penyebab utama naiknya jumlah karbon dioksida di atmosfer.
- Produksi semen. Salah satu komponennya, yaitu kapur atau gamping atau kalsium oksida, dihasilkan dengan cara memanaskan batu kapur atau batu gamping yang akan menghasilkan juga karbon dioksida dalam jumlah yang banyak.
- Di permukaan laut dimana air menjadi lebih hangat, karbon dioksida terlarut dilepas kembali ke atmosfer.
- Erupsi vulkanik atau ledakan gunung berapi akan melepaskan gas ke atmosfer. Gas-gas tersebut termasuk uap air, karbon dioksida, dan belerang. Jumlah karbon dioksida yang dilepas ke atmosfer secara kasar hampir sama dengan jumlah karbon dioksida yang hilang dari atmosfer akibat pelapukan silikat; Kedua proses kimia ini yang saling berkebalikan ini akan memberikan hasil penjumlahan yang sama dengan nol dan tidak berpengaruh terhadap jumlah karbon dioksida di atmosfer dalam skala waktu yang kurang dari 100.000 tahun.
Karbon di biosfer
Sekitar 1900 gigaton karbon ada di
dalam biosfer. Karbon adalah bagian yang penting dalam kehidupan di Bumi. Ia
memiliki peran yang penting dalam struktur, biokimia, dan nutrisi pada semua sel makhluk hidup. Dan kehidupan memiliki peranan yang penting dalam siklus
karbon:
- Autotroph adalah organisme yang menghasilkan senyawa organiknya sendiri dengan menggunakan karbon dioksida yang berasal dari udara dan air di sekitar tempat mereka hidup. Untuk menghasilkan senyawa organik tersebut mereka membutuhkan sumber energi dari luar. Hampir sebagian besar autotroph menggunakan radiasi matahari untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut, dan proses produksi ini disebut sebagai fotosintesis. Sebagian kecil autotroph memanfaatkan sumber energi kimia, dan disebut kemosintesis. Autotroph yang terpenting dalam siklus karbon adalah pohon-pohonan di hutan dan daratan dan fitoplankton di laut. Fotosintesis memiliki reaksi 6CO2 + 6H2O → C6H12O6 + 6O2
- Karbon dipindahkan di dalam biosfer sebagai makanan heterotrop pada organisme lain atau bagiannya (seperti buah-buahan). Termasuk di dalamnya pemanfaatan material organik yang mati (detritus) oleh jamur dan bakteri untuk fermentasi atau penguraian.
- Sebagian besar karbon meninggalkan biosfer melalui pernapasan atau respirasi. Ketika tersedia oksigen, respirasi aerobik terjadi, yang melepaskan karbon dioksida ke udara atau air di sekitarnya dengan reaksi C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 + 6H2O. Pada keadaan tanpa oksigen, respirasi anaerobik lah yang terjadi, yang melepaskan metan ke lingkungan sekitarnya yang akhirnya berpindah ke atmosfer atau hidrosfer.
- Pembakaran biomassa (seperti kebakaran hutan, kayu yang digunakan untuk tungku penghangat atau kayu bakar, dll.) dapat juga memindahkan karbon ke atmosfer dalam jumlah yang banyak.
- Karbon juga dapat berpindah dari bisofer ketika bahan organik yang mati menyatu dengan geosfer (seperti gambut). Cangkang binatang dari kalsium karbonat yang menjadi batu gamping melalui proses sedimentasi.
- Sisanya, yaitu siklus karbon di laut dalam, masih dipelajari. Sebagai contoh, penemuan terbaru bahwa rumah larvacean mucus (biasa dikenal sebagai "sinkers") dibuat dalam jumlah besar yang mana mampu membawa banyak karbon ke laut dalam seperti yang terdeteksi oleh perangkap sedimen [1]. Karena ukuran dan kompisisinya, rumah ini jarang terbawa dalam perangkap sedimen, sehingga sebagian besar analisis biokimia melakukan kesalahan dengan mengabaikannya.
Penyimpanan karbon di biosfer
dipengaruhi oleh sejumlah proses dalam skala waktu yang berbeda: sementara produktivitas primer netto mengikuti siklus harian dan musiman,
karbon dapat disimpan hingga beberapa ratus tahun dalam pohon dan hingga ribuan
tahun dalam tanah. Perubahan jangka panjang pada kolam karbon (misalnya melalui
de- atau afforestation) atau melalui perubahan
temperatur yang berhubungan dengan respirasi tanah) akan secara langsung
memengaruhi pemanasan global.
Karbon di laut
Konsentasi DIC
permukaan laut "saat ini" (1990-an) (dari the GLODAP climatology)
Laut mengandung sekitar 36.000 gigaton karbon,
dimana sebagian besar dalam bentuk ion bikarbonat. Karbon anorganik, yaitu
senyawa karbon tanpa ikatan karbon-karbon atau karbon-hidrogen, adalah penting
dalam reaksinya di dalam air. Pertukaran karbon ini menjadi penting dalam
mengontrol pH di laut dan juga dapat berubah sebagai sumber (source) atau lubuk (sink) karbon. Karbon siap untuk
saling dipertukarkan antara atmosfer dan lautan. Pada daerah upwelling, karbon dilepaskan ke atmosfer. Sebaliknya, pada
daerah downwelling karbon (CO2) berpindah dari atmosfer ke lautan.
Pada saat CO2 memasuki lautan, asam karbonat terbentuk:
CO2 + H2O ⇌ H2CO3
Reaksi ini memiliki sifat dua
arah, mencapai sebuah kesetimbangan kimia. Reaksi lainnya yang penting dalam
mengontrol nilai pH lautan adalah pelepasan ion hidrogen dan bikarbonat. Reaksi
ini mengontrol perubahan yang besar pada pH:
H2CO3 ⇌ H+ + HCO3−
Model siklus karbon
Model siklus karbon dapat
digabungkan ke dalam model iklim global, sehingga reaksi interaktif dari lautan dan
biosfer terhadap nilai CO2 di masa depan dapat dimodelkan. Ada ketidakpastian
yang besar dalam model ini, baik dalam sub model fisika maupun biokimia
(khususnya pada sub model terakhir). Model-model seperti itu biasanya
menunjukkan bahwa ada timbal balik yang positif antara temperatur dan CO2.
Sebagai contoh, Zeng dkk. (GRL,
2004 [2]) menemukan dalam model mereka bahwa terdapat
pemanasan ekstra sebesar 0,6 °C (yang sebaliknya dapat menambah jumlah CO2
atmosferik yang lebih besar).
Peranan Mikroba dalam Siklus Biogeokimia
2.1
Hakikat Siklus Biogeokimia di Alam
Siklus
biogeokimia atau siklus organik-anorganik adalah siklus unsur atau senyawa
kimia yang mengalir dari komponen abiotik ke biotik dan kembali lagi ke
komponen abiotik. Siklus unsur-unsur tersebut tidak hanya melalui organisme,
tetapi juga
melibatkan reaksi-reaksi kimia dalam lingkungan abiotik sehingga disebut siklus biogeokimia.
Siklus
biogeokimia merupakan pergerakan memutar unsur apa pun melalui atmosfer,
samudra, kerak bumi, dan makhluk hidup (Burnie, 1999).
Menurut Hutchinson (1944-1950), siklus biogeokimia merupakan suatu pertukaran atau
perubahan yang terus–menerus dari bahan-bahan antara komponen biotik dan
abiotik. Berdasarkan sumber yang ada di
alam, siklus biogeokimia dibagi dalam 2 golongan yaitu :
a.
tipe gas, sebagai sumbernya atmosfer dan lautan (hidosfer)
misalnya siklus hidrogen.
b.
tipe sedimen, sumbernya adalah batuan bumi seperti fosfor,
kalsium dan kalium.
Siklus
biogeokimia pada akhirnya cenderung mempunyai mekanisme umpan-balik yang dapat
mengatur sendiri (self regulating), menjaga siklus itu dalam keseimbangan. Dalam suatu
ekosistem, materi pada setiap tingkat trofik tidak hilang. Materi berupa
unsur-unsur penyusun bahan organik tersebut didaur-ulang. Unsur-unsur tersebut
masuk ke dalam komponen biotik melalui udara, tanah, dan air. Daur ulang materi
tersebut melibatkan makhluk hidup dan batuan (geofisik).
Unsur-unsur
seperti karbon, nitrogen, fosfor, belerang, hidrogen, dan oksigen adalah
beberapa di antara unsur yang penting bagi kehidupan. Unsur-unsur tersebut
diperlukan oleh makhluk hidup dalam jumlah yang banyak, sedangkan unsur yang
lain hanya dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit. Meskipun setiap saat
unsur-unsur yang ada tersebut dimanfaatkan oleh organisme, keberadaan
unsur-unsur tersebut tetap ada. Hal tersebut dikarenakan, unsur yang digunakan
oleh organisme untuk menyusun senyawa organik dalam tubuh organisme, ketika
organisme-organisme tersebut mati, unsur-unsur penyusun senyawa organik tadi
oleh pengurai akan dikembalikan ke alam, baik dalam tanah ataupun dikembalikan
lagi ke udara. Jadi, dalam proses tersebut melibatkan makhluk hidup,
tanah, dan reaksi-reaksi kimia di dalamnya. Itulah yang dimaksud sebagai siklus
biogeokimia. Siklus biogeokimia terdiri dari siklus nitrogen, siklus fosfor,
siklus sulfur, dan siklus karbon.
Fungsi
daur biogeokimia adalah sebagai siklus materi yang
mengembalikan semua unsur-unsur kimia yang sudah terpakai oleh semua yang ada
di bumi baik komponen biotik maupun komponen abiotik, sehingga kelangsungan
hidup di bumi dapat terjaga.
Ada
dua siklus abiotik yaitu fase atmosfer dan fase sedimen. Fase atmosfer penting
bagi elemen seperti nitrogen,
sedangkan fase sedimen penting bagi elemen seperti fosfor. Fosfor relatif kurang mengikuti fase atmosfer. Siklus
biogeokimia yang terjadi dominan pada fase atmosfer disebut siklus waduk atmosfer dan siklus biogeokimia yang lebih banyak
terjadi pada fase sedimen disebut siklus
waduk sedimen.
2.2 Jenis-Jenis Siklus Biogeokimia
Seperti yang telah disebutkan di
atas, siklus biogeokimia terdiri dari siklus nitrogen, siklus fosfor, siklus sulfur, dan siklus karbon.
a. Siklus
Nitrogen
Gas
nitrogen ikatannya stabil dan sulit bereaksi, sehingga tidak bisa dimanfaatkan
secara langsung oleh makhluk hidup. Nitrogen dalam tubuh makhluk hidup
merupakan komponen penyusun asam amino yang akan membentuk protein. Nitrogen
bebas juga dapat bereaksi dengan hidrogen atau oksigen dengan bantuan kilat
atau petir membentuk nitrat (NO3-).
Tumbuhan
menyerap nitrogen dalam bentuk nitrit ataupun nitrat dari dalam tanah untuk
menyusun protein dalam tubuhnya. Ketika tumbuhan dimakan oleh herbivora, nitrogen yang ada
akan berpindah ke tubuh hewan tersebut bersama makanan. Ketika tumbuhan dan
hewan mati ataupun sisa hasil ekskresi hewan (urine) akan diuraikan oleh
dekomposer menjadi amonium dan amonia. Oleh bakteri nitrit (contohnya
Nitrosomonas dan Nitrosococus)
amonia akan diubah menjadi nitrit, proses ini disebut
sebagai nitritasi. Kemudian, nitrit dengan bantuan bakteri nitrat (contohnya
Nitrobacter) akan diubah menjadi nitrat, proses ini disebut sebagai proses
nitratasi. Peristiwa proses perubahan amonia menjadi nitrit dan nitrat dengan
bantuan bakteri disebut sebagai proses nitrifikasi. Adapula bakteri yang mampu
mengubah nitrit atau nitrat menjadi nitrogen bebas di udara, proses ini disebut
sebagai denitrifikasi. Di negara-negara maju, nitrogen bebas dikumpulkan untuk
keperluan industri. Selain karena proses secara alami melalui proses
nitrifikasi, penambahan unsur nitrogen di alam dapat juga melalui proses buatan
melalui pemupukan. Proses nitrifikasi dapat dituliskan
sebagai berikut.
Nitrosomonas
|
Oksidasi
Amonium menjadi nitrit
Nitrosococus
|
----------->2 NH3 + 3 O2 2 HNO3 + 2 H2O + 156,8 kkal.
Nitrobacter
|
Oksidasi
senyawa nitrit menjadi nitrat
----------->2 HNO3 + O2 2 HNO3 + 44 kkal.
Nitrogen udara ditambat secara fisik melaui loncatan
bunga api listrik, secara kimia melalui pupuk buatan dan secara biologis
melalui fiksasi kemudian jatuh ke dalam tanah dan dimanfaatkan oleh tanaman.
Tanaman kemudian dimakan oleh hewan dan menghasilkan
protein hewani dan kotoran. Tanaman atau hewan yang mati di tanah oleh bakteri
pengurai akan di uraikan menjadi NH3
yang selanjutnya menjadi nitrit dan nitrat.
Nitrat merupakan pupuk untuk tanaman, sedang sebagian
melalui denitrifikasi di ubah menjadi nitrit, ammonia dan nitrogen yang
langsung berkumpul di udara.
b. Siklus Fosfor
Fosfor merupakan unsur yang penting dalam kehidupan dan
berada dalam bentuk fosfolipida, asam nukleat dan ATP. Fosfor didapatkan dalam
tanah dengan kadar 400-1200 mg/kg dan kurang dari 5 % didapatkan dalam bentuk
fosfat anorganik, khususnya dengan Ca dan Fe. Sumber terbesar fosfor bukan di
atmosfer, tetapi pada batuan dan sedimen atau endapan yang terbentuk selama
jutaan tahun yang lalu. Fosfor terdapat di alam dalam bentuk ion
fosfat (PO43-). Fosfor merupakan
unsur hara esensial makro seperti halnya karbon dan nitrogen. Tanaman
memperoleh unsur fosfor seluruhnya berasal dari tanah atau dari pemupukan serta
hasil dekomposisi dan mineralisasi bahan organik. Fosfor
terdapat dalam dua bentuk, yaitu senyawa fosfat organik
(pada tumbuhan dan hewan) dan senyawa fosfat anorganik (pada air dan tanah).
Bentuk senyawa fosfat anorganik dalam tanah umumnya berasal dari pelapukan
mineral primer, pemupukan dan mineralisasi senyawa fosfat organik. Bentuk
senyawa fosfat organik berada dalam bentuk senyawa organik kompleks yang
berasal dari sisa tanaman, hewan dan organisme tanah. Senyawa fosfat organik
terdapat didalam humus tanah dan berasosiasi dengan jaringan mikroba tanah.
Ketersediaan senyawa fosfat organik bagi tanaman sangat tergantung pada
aktivitas mikroorganisme melalui proses mineralisasi. Enzim fosfatase yang
dihasilkan oleh mikroorganisme heterotrof berperan penting dalam pelepasan fosfor ke dalam tanah. Fosfor merupakan sumber energi primer
bagi oksidasi mikroba
Fosfat
organik dari hewan dan tumbuhan yang mati diuraikan oleh dekomposer (pengurai)
menjadi fosfat anorganik. Adanya peristiwa erosi dan
pelapukan menyebabkan fosfat terbawa menuju sungai hingga laut dan kemudian
terbentuk sedimen. Adanya pergerakan dasar bumi menyebabkan sedimen yang
mengandung fosfat muncul ke permukaan. Di darat, tumbuhan mengambil fosfat yang terlarut dalam air tanah.
Herbivora mendapatkan fosfat dari tumbuhan yang dimakannya dan karnivora
mendapatkan fosfat dari herbivora yang dimakannya. Seluruh hewan mengeluarkan
fosfat melalui urin dan feses. Bakteri dan jamur mengurai bahan-bahan anorganik
di dalam tanah lalu melepaskan fosfor yang kemudian diambil oleh tumbuhan. Fosfat anorganik ini kemudian akan diserap oleh akar
tumbuhan lagi. Dalam jaringan tanaman, unsur fosfor didapatkan dalam bentuk
fitin, fosfolipida, asam nukleat, koenzim. Siklus ini berulang terus menerus.
Jika tumbuhan dan hewan mati atau membuang ekstraknya,
bakteri fosfat akan menguraikannya menjadi senyawa fosfat anorganik dan
melepaskannya ke dalam tanah yang kemudian membentuk sedimen lagi. Pengembalian
fosfor ke dalam daur tidak seimbang dengan jumlah fosfor yang hilang menjadi
endapan. Hanya sebagian kecil yang kembali ke darat sebagai guano yang
dihasilkan oleh burung laut.
Dalam
suatu ekosistem akuatik yang belum secara serius diubah oleh aktivitas manusia,
rendahnya fosfat terlarut seringkali membatasi produktivitas primer. Akan
tetapi pada banyak kasus, kelebihan fosfat adalah permasalahan juga. Penambahan
fosfat dalam bentuk limbah kotoran cair dan aliran permukaan dari ladang
pertanian yang dipupuk merangsang pertumbuhan alga dalam ekosistem akuatik,
yang sering memiliki akibat negatif, seperti eutrofikasi.
c. Siklus Sulfur
Sulfur
dalam tubuh organisme merupakan unsur penyusun protein. Di alam, sulfur
(belerang) terkandung dalam tanah dalam bentuk mineral tanah dan di udara dalam
bentuk SO atau gas sulfur dioksida. Sulfur dapat
dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu bentuk organik dan bentuk
anorganik. Sebagian besar sulfur dijumpai pada litosfer.
Siklus sulfur pada dasarnya tersusun dari 4 tahap
siklus yaitu :
Mineralisasi
sulfur organik menjadi bentuk anorganik, sulfida (H2S).
Imobilisasi
senyawa sulfur oleh mikroba dan penggabungan dalam bentuk sulfur organik.
Oksidasi
sulfida dan unsur sulfur dan senyawa-senyawa terkait menjadi sulfat (SO42-).
Reduksi
sulfat menjadi sulfida.
Ketika gas sulfur dioksida yang berada di udara
bersenyawa dengan oksigen dan air, akan membentuk asam sulfat yang ketika jatuh
ke tanah akan menjadi bentuk ion-ion sulfat (SO42- ). Kemudian ion-ion sulfat
tadi akan diserap oleh tumbuhan untuk menyusun protein dalam tubuhnya. Ketika
manusia atau hewan memakan tumbuhan, maka akan terjadi perpindahan unsur
belerang dari tumbuhan ke tubuh hewan atau manusia. Ketika hewan atau tumbuhan
mati, jasadnya akan diuraikan oleh bakteri dan jamur pengurai dan menghasilkan
bau busuk, yaitu gas hidrogen sulfida (H2S) yang akan dilepas ke udara dan
sebagian tetap ada di dalam tanah. Gas hidrogen sulfida yang ada di udara akan
bersenyawa dengan oksigen membentuk sulfur oksida, dan yang di tanah oleh
bakteri tanah akan diubah menjadi ion sulfat dan senyawa sulfur oksida yang
nanti akan diserap kembali oleh tumbuhan. Sulfur terdapat dalam bentuk sulfat
anorganik. Sulfur direduksi oleh bakteri menjadi sulfida dan kadang-kadang terdapat dalam bentuk sulfur dioksida
atau hidrogen sulfida. Hidrogen sulfida ini seringkali mematikan mahluk hidup
di perairan dan pada umumnya dihasilkan dari penguraian bahan organik yang
mati. Tumbuhan menyerap sulfur dalam bentuk sulfat (SO4). Perpindahan sulfat terjadi
melalui proses rantai makanan, lalu semua mahluk hidup mati dan akan diuraikan
komponen organiknya oleh bakteri.
d. Siklus Karbon
Siklus karbon adalah siklus biogeokimia dimana karbon dipertukarkan
antara biosfer, geosfer, hidrosfer, dan atmosfer bumi. Karbon diambil dari
atmosfer dengan berbagai cara :
Ketika matahari bersinar, tumbuhan melakukan fotosintesa
untuk mengubah karbondioksida menjadi karbohidrat, dan melepaskan oksigen ke
atmosfer. Proses ini akan lebih banyak menyerap karbon pada hutan dengan
tumbuhan yang baru saja tumbuh atau hutan yang sedang mengalami pertumbuhan
yang cepat.
Pada permukaan laut ke arah kutub, air laut menjadi lebih
dingin dan CO2 akan lebih mudah larut. Selanjutnya CO2 yang larut tersebut akan
terbawa oleh sirkulasi termohalin yang membawa massa air di permukaan yang
lebih berat ke kedalaman laut atau interior laut.
Di laut bagian atas (upper ocean), pada daerah dengan
produktivitas yang tinggi, organisme membentuk jaringan yang mengandung karbon,
beberapa organisme juga membentuk cangkang karbonat dan bagianbagian tubuh
lainnya yang keras. Proses ini akan menyebabkan aliran karbon ke bawah.
Pelapukan batuan silikat. Tidak seperti dua proses
sebelumnya, proses ini tidak memindahkan karbon ke dalam reservoir yang siap
untuk kembali ke atmosfer. Pelapukan batuan karbonat tidak memiliki efek netto
terhadap CO2 atmosferik karena ion bikarbonat yang terbentuk terbawa ke laut
dimana selanjutnya dipakai untuk membuat karbonat laut dengan reaksi yang
sebaliknya (reverse reaction).
Karbon dapat kembali ke atmosfer dengan berbagai cara
pula, yaitu:
Melalui pernafasan (respirasi) oleh tumbuhan dan
binatang. Hal ini merupakan reaksi eksotermik dan termasuk juga di dalamnya
penguraian glukosa (atau molekul organik lainnya) menjadi karbon dioksida dan
air.
Melalui pembusukan binatang dan tumbuhan. Fungi atau
jamur dan bakteri mengurai senyawa karbon pada binatang dan tumbuhan yang mati
dan mengubah karbon menjadi karbon dioksida jika tersedia oksigen, atau menjadi
metana jika tidak tersedia oksigen.
Melalui pembakaran material organik yang mengoksidasi
karbon yang terkandung menghasilkan karbon dioksida (juga yang lainnya seperti
asap). Pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, produk dari industri
perminyakan (petroleum), dan gas alam akan melepaskan karbon yang sudah
tersimpan selama jutaan tahun di dalam geosfer. Hal inilah yang merupakan
penyebab utama naiknya jumlah karbon dioksida di atmosfer.
Di permukaan laut dimana air menjadi lebih hangat, karbon
dioksida terlarut dilepas kembali ke atmosfer.
Erupsi vulkanik atau ledakan gunung berapi akan
melepaskan gas ke atmosfer. Gas-gas tersebut termasuk uap air, karbon dioksida,
dan belerang. Jumlah karbon dioksida yang dilepas ke atmosfer secara kasar
hampir sama dengan jumlah karbon dioksida yang hilang dari atmosfer akibat
pelapukan silikat.
Sumber
karbon bagi makhluk hidup di alam terdapat dalam bentuk karbondioksida (CO2),
terdapat di atmosfer maupun terlarut dalam air. Tumbuhan hijau memanfaatkan CO2
dalam fotosintesis untuk menyusun karbohidrat, protein, dan lemak. Hewan dan
manusia memperoleh karbon dalam bentuk karbohidrat, protein, dan lemak yang
berasal dari tumbuhan hijau. Melalui respirasi tumbuhan, hewan, dan manusia,
CO2 dilepaskan ke atmosfer. Karbon dilepaskan juga pada proses pembusukan sisa
tumbuhan dan hewan yang mati oleh mikroorganisme serta pembakaran karbon
organik seperti batu bara dan minyak bumi.
2.3 Peranan Mikroba dalam Siklus
Biogeokimia di Alam
Siklus biogeokimia terdiri dari siklus nitrogen,
siklus fosfor, siklus sulfur dan siklus karbon. Dalam siklus-siklus tersebut
telah dijelaskan di atas bahwa terdapat peranan penting dari mikroba. Mikroba
yang berperan dalam siklus biogekimia di alam adalah sebagai berikut.
a. Peranan Mikroba pada Siklus
Nitrogen
Siklus
nitrogen merupakan proses berantai yang sangat kompleks, dimana semua organisme baik mikroba, tanaman dan hewan
ikut berperan didalamnya. Mikroba penambat nitrogen udara digolongkan dalam
:
Mikroba yang hidup bebas/non simbiotik meliputi
:Azetobacter, Beijerenckia
Mikroba
yang bersimbiotik/simbiotik:
Rhizobium leguminosae yang hidup pada akar kacang tanaman kacang-kacangan,
Anabaena azollae pada rongga udara daun paku air (Azolla pinata), Anabaena cicadae pada akar pakis haji (Cycas
rumphii), Nostoc spp. Pada akar cemara laut (Cassuarina equisetifolia).
Peranan dari mikroba tersebut dapat dilihat sebagai berikut.
1.
Nitrifikasi
Proses nitrifikasi
berlangsung dalam dua tahap. Tahap pertama proses nitrifikasi adalah oksidasi
ammonium, konversi ammonium menjadi nitrit. Dilakukan oleh bakteri pengoksidasi
ammonium dari genus “Nitroso” kemudian nitrit dioksidasi menjadi nitrat oleh
bakteri pengoksidasi nitrit dari genus “Nitro”.
Selain oksidasi oleh bakteri nitrifikasi autotrof, mikroba lain juga
dapat menghasilkan nitrit dan nitrat melalui proses oksidasi enzimatik tetapi
tidak terkait dengan pertumbuhan mikroba. Misalnya, beberapa genus bakteri
pengoksidasi metana mengandung membran yang mengikat enzim monooksigenase
metana yang dapat mengooksidasi ammonium maupun metana. Nitrifikasi heterotrof
yang paling banyak dijumpai adalah oksidasi ammonium atau senyawa nitrogen oleh
berbagai jenis bakteri heterotrof dan jamur.
Bakteri pengooksidasi
ammonium yang terkenal adalah Nitrosomonas tetapi, pada tanah asam bakteri
pengooksidasi ammonium yang dominan adalah
Nitrosospira , sementara bakteri Nitrosolobus juga dijumpai pada
beberapa jenais tanah. Secara keseluruhan, reaksi konversi ammonium menjadi
nitrit adalah :
NH3 + 1,5 O2
-------> NO2- + H+ + H2O
Langkah pertama dalam reaksi tersebut adalah konversi NH3
menjadi NH2OH atau Hidroksilamina oleh enzim ammonia monooksigenase yang
terikat pada membran yakni :
NH3 + O2 + 2H+ +
2e- --------->NH2OH
+ H2O
Hidroksilamina kemudian dikonversi menjadi nitrit dengan
reaksi
:
NH2OH + H2O
-------->NO2- + 5H+ + 4e-
Bakteri
pengooksidasi nitrit yang terkenal adalah Nitrobacter spp. Walaupun Nitrospira
juga dijumpai pada beberapa tanah oksidasi nitrit menjadi nitrat merupakan
reaksi satu langkah:
NO2- + 1,5 O2 ------->NO3-
Nitrit dioksidasi
menjdi nitrat oleh nitrit oksidoreduktase yang terikat pada membrane, yang
memindahkan oksigen dari air dan memmindahkan sepasang electron.
NO2- +
H2O ------>NO3-
+ 2H+ + 2e-
2.
Denitrifikasi
Bakteri
denitrifikasi di dominasi oleh genus Pseumonas
dengan spesies Alcaligenus, Flavobakterium, dan juga genus Basilus.
Reaksi denitrifikasi adalah sebagai berikut.
2NO3- + 5H2 + 2 H+ --------->N2 + 6H2O
b. Peranan
Mikroba pada Sikus Fosfor
Fosfor
merupakan sumber energi primer bagi oksidasi mikroba. Bakteri yang sangat
efektif dalam melarutkan fosfor (bakteri pelarut fosfor) dari batuan fosfat
adalah Bacillus megaterium var. Phosphaticum. Bakteri ini dikemas dalam bentuk
inokulum yang disebut fosfobakterin dan diaplikasikan ke tanah untuk memacu
pelarutan mineral fosfor. Selain itu ada juga jamur mikoriza yang membentuk
simbiosis dengan akar tanaman untuk memacu serapan fosfor .
c.
Peranan Mikroba pada Siklus Sulfur
Mikroba berperan pada siklus sulfur
terutama oksidasi dan reduksi sulfur. Senyawa sulfur yang telah termineralisasi
dapat ditransformasi menjadi SO42- atau H2S oleh mikroba. Tahap reduksi dari
SO42- menjadi H2S dilakukan oleh spesies bakteri Desulfovibrio,
Desulfotomaculum, dan Desulfomas pada kondisi anaerob. Kemudian H2S digunakan
bakteri fotoautrotrof anaerob seperti Chromatium dan melepaskan sulfur dan
oksigen. Mikroorganisme pengoksidasi sulfur banyak dijumpai dalam tanah, maka
jumlahnya jarang sekali membatasi oksidasi (Janzen dan Bettary, 1987).
Organisme pengoksidasi yang bersifat heterotrof seperti Arthrobacter dan
Pseudomonas yang melakukan sebagian besar oksidasi sulfur, memerlukan karbon
organik untuk memenuhi kebutuhan energi dan karbonnya. Pada kondisi tidak cukup
karbon, mikroba autotrof termasuk genus Thiobacillus, menjadi lebih penting.
Organisme ini memperoleh energinya dari sulfur anorganik dan memperoleh karbon
dari CO2.
Oksidasi Sulfur dilakukan oleh
beberapa kelompok bakteri, yang terkenal adalah bakteri sulfur hijau, bakteri
sulfur ungu, dan bakteri sulfur tidak berwarna (Thiobacillus). Bakteri sulfur
hijau dijumpai pada kondisi anaerob seperti lumpur dan air yang tidak ada
oksigen. Bakteri ini sebagian besar dijumpai di bawah lapisan bakteri sulfur
ungu. Bakteri ini bersifat fotolitotrof maupun anaerob dan mampu menggunakan sulfida
sebagai donor elektron. Dikenal empat genera bakteri sulfur hijau, yaitu
Chlorobium, Prosthecohloris, Pelodictyon, dan Clathrochloris. Sedangkan bakteri
ungu disebut juga Chromatiacaea.
Thiobacillus adalah bakteri aerob,
gram negatif, berbentuk batang. Oksidasi sulfur yang dilakukan oleh
Thiobacillus dapat menjadi sangat penting secara komersial untuk industri
pertambangan. Timbunan batubara yang banyak mengandung Thiobacillus dapat
menghasilkan produk samping berupa asam sulfat. Hal ini menyebabkan drainase
tambang asam dan dapat menjadi masalah serius yang berkaitan dengan hilangnya
biodiversitas dan habitat.
d. Peranan Mikroba
dalam Siklus Karbon
Mikroba yang berperan dalam siklus karbon adalah
mikroba metanogenetik. Bakteri metanogenik berperan dalam siklus karbon dengan
menghasilkan metan dari CO2. Sebagian besar metan dilepas ke atmosfer atau
direspirasi oleh bakteri metan. Kebanyakan metan atmosfer dioksidasi oleh
bakteri menjadi CO2 dan air.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan uraian bab
sebelumnya dapat disimpulkan bahwa :
1. Hakikat dari siklus biogeokimia di alam adalah siklus unsur atau senyawa kimia yang
mengalir dari komponen abiotik ke biotik dan kembali lagi ke komponen abiotik.
2. Siklus
biogeokimia terdiri dari siklus nitrogen, siklus fosfor,
siklus sulfur, dan siklus karbon.
3. Mikroba yang berperan dalam siklus biogekimia di
alam adalah sebagai berikut.
Siklus
Nitrogen
bakteri pengoksidasi ammonium dari genus “Nitroso” mengkonversi ammonium menjadi nitrit
bakteri pengoksidasi nitrit dari genus “Nitro”
mengoksidasi nitrit menjadi
nitrat
bakteri dari genus Pseumonas
dengan spesies Alcaligenus, Flavobakterium, dan juga genus Basilus
yang berperan dalam denitrifikasi.
Sikus
Fosfor
Bacillus
megaterium var. Phosphaticum, bakteri yang sangat efektif dalam melarutkan
fosfor (bakteri pelarut fosfor) dari batuan fosfat
Jamur
mikoriza yang membentuk simbiosis dengan akar tanaman untuk memacu serapan
fosfor .
Siklus
Sulfur
Spesies
bakteri Desulfovibrio, Desulfotomaculum, dan Desulfomas mereduksi SO42- menjadi
H2S pada kondisi anaerob.
Organisme
pengoksidasi yang bersifat heterotrof seperti Arthrobacter dan Pseudomonas yang
melakukan sebagian besar oksidasi sulfur.
Bakteri
sulfur hijau (Chlorobium, Prosthecohloris, Pelodictyon, dan Clathrochloris),
bakteri sulfur ungu (Chromatiacaea) , dan bakteri sulfur tidak berwarna (Thiobacillus)
yang mengoksidasi sulfur.
Siklus
Karbon
Mikroba
yang berperan dalam siklus karbon adalah mikroba metanogenetik.
4. d.] Bakteri pengikat zat nitrogen zat nitrogen
sangat diperlukan tumbuhan untuk sintesis protein. Tumbuhan menyerap unsur
nitrogen dari dalam tanah dalam bentuk ion garam-garam mineral. Dengan jasa
beberapa bakteri yang mampu mengikat zat N 2 dari udara bebas, senyawa N 2 di
dalam tanah akan meningkat, Berarti bakteri-bakteri tersebut mampu menyuburkan
tanah. bakteri pengikat zat N 2 dapat dibedakan menjadi dua ,yaitu hidup bebas
dan yang hidup bersimbiosis dengan makhluk lain . contoh bakteri pengikat zat N
2 yang hidup bebas antara lain azotobacter , rhodospirillum rubrum , dan
clostridium pasteurianum . Contoh bakteri pengikat zat N 2 yang bersimbiosis
dengan tumbuhan, antara lain rhizobium leguminosorum. Bakteri tersenut hidup
pada bintil akar tanaman berbuah polongan [leguminosae].
Hutan hujan tropis
Hutan hujan tropis terdapat di daerah tropik dan subtropik. Ciri-cirinya
adalah curah hujan 200-225 cm per tahun. Spesies pepohonan relatif banyak,
jenisnya berbeda antara satu dengan yang lainnya tergantung letak
geografisnya. Tinggi pohon utama antara 20-40 m, cabang-cabang pohon
tinggi dan berdaun lebat hingga membentuk tudung (kanopi).
Karakteristik Hutan Hujan Tropis :
• Curah hajannya tinggi, merata sepanjang tahun, yaitu antara 200 –
225cm/tahun.
• Matahari bersinar sepanjang tahun.
• Perubahan suhunya relatif kecil.
• Di bawah kanopi atau tudung pohon, gelap sepanjang hari, sehingga tidak
ada perubahan suhu antara siang dan malam hari.
• Flora: pada biorna hutan tropis terdapat beratus-ratus spesies tumbuhan.
• Pohon-pohon utama dapat mencapai ketinggian 20 - 40 m, dengan
cabang-cabang berdaun lebat sehingga membentuk suatu tudung atau kanopi.
• Tumbuhan khas yang dijumpai adalah liana (rotan) dan epifit(anggrek).
• Fauna : Diurnal yaitu hewan yang aktif pada siang hari.
Nokfurnal yaitu hewan yang aktif pada malam hari, misalnya: burung hantu.
Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/earth-sciences/2242372-ekosistem-hutan-hujan-tropis/#ixzz1rLcQzGSH
Pengertian dan Macam-macam Piramida Ekologi
Pengertian dan Macam-macam Piramida Ekologi-
Pada rantai makanan kamu telah mengetahui tentang tingkat trofik yang terdiri
atas produsen, konsumen I, konsumen II, dan seterusnya. Umumnya tingkat trofik
pada suatu habitat hanya terdiri atas empat sampai lima tingkatan. Produsen
selalu menempati tingkat trofik yang pertama, herbivora menempati tingkat
trofik yang kedua, karnivora primer menempati tingkat tropik ketiga dan
seterusnya. Yang perlu diingat adalah bahwa pada setiap perpindahan (transfer)
energi ada panas yang dilepaskan. Dengan demikian, pada rantai makanan yang
panjang, energi yang tersedia untuk tingkat tropik paling tinggi adalah makin sedikit sehingga
dapat digambarkan dalam suatu piramida. Piramida ini dikenal dengan istilah piramida ekologi.
Piramida ekologi dibedakan menjadi tiga macam.
2. Merusak setelah jangka waktu tertentu, misalnya
DDT
dan Pb.
Dalam kadar yang rendah, DDT dan Pb tidak
mematikan manusia. Namun, apabila zat ini tertimbun
dalam lemak dengan jumlah yang melebihi batas normal
akan menimbulkan kerusakan jaringan.
dan Pb.
Dalam kadar yang rendah, DDT dan Pb tidak
mematikan manusia. Namun, apabila zat ini tertimbun
dalam lemak dengan jumlah yang melebihi batas normal
akan menimbulkan kerusakan jaringan.